Baca Juga
![]() |
Mustakim Lahuda |
Menurut Mustakim, keterbukaan informasi serta semakin trendnya
Sosmed khususnya facebok untuk menjadi ajang komunikasi demokrasi jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di
Pasangkayu, itu sangat baik dalam proses demokrasi. Namun bila penggunannya
sudah begitu berlebihan dan tidak dikendalikan efeknya di tengah masyarakat bisa membuat kebimbangan bahkan perpecahan.
“Kami melihat postingan-postingan di facebook , khususnya terkait tokoh dan sosok yang disebut mau maju
dalam suksesi Pasangkayu 2020 yang akan datang, rata-rata sifatnya subyektif. Itu
hanya di dasarkan pada perasaan si pemilik akun saja,” papar Mustakim.
Menurut Mustakim yang juga pemimpin redaksi tabloid Indonesiaku, riuhnya postingan soal sosok calon bupati dan
wakil bupati Pasangkayu di Sosmed, itu bisa menimbulkan “kepusingan” bagi
masyarakat, terutama “paket” yang sering dibolakbalik dalam pasangannya.
Semaraknya postingan-postingan soal calon bupati dan wakil
bupati, meskipun bagian dari dinamika demokrasi namun bagi masyarakat awam,
tentu kebingungan juga. Karena tidak ada yang resmi bersumber dari
bersangkutan.
“Ada juga kebiasaan-kebiasaan menposting sosok calon bupati atau calon wakil bupati, orangnya
sendiri tidak memikirkan itu. Seolah-olah
di Sosmed itu “dipaksakan” untuk maju sebagai calon bupati atau wakil bupati.
Ini kan lucu dan membuat masyarakat semakin bimbang saja,” kata Mustakim.
Makanya Bupati Lira Pasangkayu ini himbau untuk tidak terlalu gegabah dalam menggunakan sosmed
terkait suksesi. Sebab mem-publish
sesorang ke sosmed tanpa isin, itu tidak etis. Apalagi hanya sekedar untuk
memberikan pujian-pujian semata. Belum tentu pujian-pujian itu menguntungkan
yang bersangkutan. Bisa saja dampaknya di tengah masyarakat kurang bagus bagi
yang bersangkutan.
LS
No comments:
Post a Comment
Komentar