![]() |
Arah ke Kabupaten Mamasa (foto: https://indonesiana.tempo.co/taufikaasp/lenterasulawesi.com) |
Baca Juga
Ketika Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menempatkan Mamasa
sebagai pusat destinasi wisata, tentu dengan alasan yang jelas. Apalagi dengan
dukungan alam yang indah, berhawa sejuk serta obyek wisata budaya yang masih
orsinil.
Bupati Mamasa, H. Ramlan Badawi dalam bincang dengan penulis di
ruang kerjanya, mengatakan kalau faktor kesejukan udara dan budaya yang masih
orsinil menjadi modal utama kabupaten ini dalam memacu pertumbuhan wisata ke
depan. Apalagi setelah infrastrukur jalan sudah cukup mamadai.
"Wisatawan yang hendak mengunjungi Tana Toraja -- yang lebih
dulu terkenal sebagai obyek wisata mancanegara di Sulsel (red.) -- terlebih
dahulu lewat Mamasa, dari jalur Polewali - Mamasa, atau jalur Mamuju - Mamasa.
Tentu akan akan singgah bermalam merasakan kesejukan daerah ini. Juga akan
menyaksikan embun-embun pagi di pohon-pohon dan daun serta kabut-kabut di
gunung yang indah. Dan tidak kalah pentingnya adalah rumah-rumah adat kami yang
masih asli, serta sejumlah kesenian daerah, misalnya tarian dan upacara-upavara
adat lainnya. Hingga ke depan kami mendorong bertumbuhnya invenstasi untuk
pembangunan resting house dimana para waisatawan bisa bermalam."
Begitu dikatakan Bupati Ramlan tentang Wisata Mamasa ke depan.
Untuk itu bupati ke-3 Mamasa secara konsisten memberikan kesadaran-kesadaran
pada masyarakat pentingnya manata wisata daerah. Juga mendorong dibangunnya
infrastruktur jalan yang memadai dalam mendukung keparawisataan Mamasa.
Secara nyata, daerah yang berjuluk "Kondo Sapata Wae
Sapalelean" telah ada Bandar Udara di Desa Sasakan, Kec. Sumarorong. Bandara
ini selain menjadi momentum prestisius, dapat juga memberi kontribusi kuat bagi
Kab. Mamasa sebagai pusat destinasi wisata di Prov. Sulbar.
Sebagai pusat destinasi waisata Sulbar Kabupaten Mamasa berada
di atas pegunungan yang masih hijau. Di dalam hutan hijau itu dihuni oleh
beragam satwa langka. Beberapa suku terkenal juga tinggal di kawasan itu, di
antaranya suku Toraja, Mandar, Bugis, dan Makassar. Daerah yang luasnya
mencapai 2.759,23 km2 itu ternyata menyimpan potensi wisata yang menggiurkan.
Salah satunya adalah Mamasa kota - ibu kota Kabupaten Mamasa yang saat ini
menjadi incaran para wisatawan. Pasalnya, kota Mamasa adalah satu-satunya kota
kabupaten yang memiliki panorama alam sejuk, segar, dan indah. Tak heran jika
sebagian besar wisatawan yang berkunjung di tempat ini menyebutnya sebagai
"Kota Kembang" atau "Kota Sejuk" di Jazirah Sulawesi. Entah
kapan dan siapa yang memulai menyebut Mamasa kota sebagai "Kota
Kembang". Sumber informasi di Mamasa menyebutkan, julukan "Kota
Kembang" itu sudah ada sejak dulu, bahkan telah menjadi tempat
peristirahatan tempo dulu.
Kabupaten Mamasa memiliki puluhan objek wisata, antara lain
objek wisata permandian air panas Kole Rambusaratu, air terjun Liawan, air
terjun Sollokan, air panas alam Malimbong, wisata air terjun Sambabo. Selain
itu, di Kabupaten Mamasa juga terdapat objek wisata bagi turis yang suka
mendaki sambil menikmati panorama alam sejuk, yakni pendakian ke puncak Gunung
Mambuliling, wisata jalan kaki menikmati panorama Mussa Ballapeu dan Sesena Padang.
Objek wisata air terjun Liawan berada di wilayah Kecamatan Sumarorong,
permandian air panas alam Malimbong, dan air terjun Sollokan di Malimbong,
Kecamatan Messawa. "Objek wisata yang berada di lokasi jalan poros
Kabupaten Polewali- Mamasa sebagai pintu gerbang wisata Kabupaten Mamasa dari
arah selatan.
Bagi wisatawan remaja atau orang tua berjiwa muda dan senang
jalan kaki, sebaiknya tak perlu ragu. Di Kabupaten Mamasa terdapat objek wisata
jalan kaki yang paling banyak diikuti kaum muda, yakni mendaki ke puncak Gunung
Mambuliling. Lokasi Gunung Mambuliling dapat dilihat bila kita berada di kota
Mamasa. Selain menikmati keindahan gunung, pengunjung dapat pula menikmati
kesejukan air terjun Mambuliling.
Objek wisata Kabupaten Mamasa yang cukup menarik ialah panorama
Mussa Ballapeu. Lokasi wisata ini berada pada ketinggian sekitar 1.600 meter di
atas permukaan laut dan ditempuh berjalan kaki selama dua jam.
Pengunjung objek wisata ini dapat pula menyaksikan kuburan tua
Minanga yang berusia ratusan tahun, yang terbuat dari kayu uru berbentuk
kerbau, babi, dan perahu yang tersimpan dalam sebuah bangunan kayu.
Selain itu, di lokasi tersebut terdapat perkampungan tradisional
terpanjang di Mamasa, yakni perkampungan desa wisata Ballapeu.
sumber: https://indonesiana.tempo.co/taufikaasp
No comments:
Post a Comment
Komentar