Baca Juga
ilustrasi (int/lenterasulawesi.com) |
Artikel ini adalah hasil pemulungan lenterasulawesi.com
terhadap pengertian zikir. Diharapkan bisa menjadi salah satu referensi untuk
membuka cakrawala berpikir dan bertindak. Hingga tidak diketemukan diskusi
tajam, apalagi terjadi perbedaan atas aktivitas
ibadah tersebut.
Redaksi
Zikir atau Dzikir diambil dari bahasa Arab
secara etimologi memiliki arti "menyebut," "mengingat" atau "berdoa", kata zikir
juga berarti memori, pengajian. Zikir telah
didefinisikan sebagai hal dengan menyebut atau mengingat Allah dengan lisan
melalui kalimat-kalimat thayyibah.
Zikir, sebuah aktifitas ibadah dalam
umat Muslim untuk
mengingat Allah.
Di antaranya dengan menyebut dan memuji nama Allah, dan zikir adalah satu
kewajiban yang tercantum dalam al-Qur'an.
Bacaan zikir yang paling utama adalah kalimat "Laa Ilaaha Illallaah", sedangkan doa
yang paling utama adalah "Alhamdulillah". Seseorang
yang melakukan zikir disebut dzaakir.
Zikir pertama adalah dengan mengingat nama dan sifat
Allah serta memuji, mensucikan Allah dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya. Menyanjung
Allah seperti mengucapkan “subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah
wallahu akbar”, “subhanallah wa bihamdih”, “laa ilaha illallah wahdahu laa
syarika lah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir”.
Zikir kedua dengan mengingat perintah, larangan dan hukum
Allah. Zikir jenis ini ada dua macam, yaitu: Mengingat perintah dan larangan Allah, apa
yang Allah cintai dan apa yang Allah murkai. Kedua: Mengingat perintah Allah lantas segera
menjalankannya dan mengingat larangan-Nya lantas segera menjauh darinya. Serta zikir ketiga adalah dengan mengingat berbagai
nikmat dan kebaikan yang Allah berikan.
Untuk melaksanakan dzikir didalam thariqoh ada tata krama
yang harus diperhatikan, yakni adab
berdzikir. Karena semua ibadah hanya aka nada faedahnya jika memiliki adab dan tata cara
pelaksanaannya.
Pada kitab Al-Mafakhir Al-’Aliyah fi al-Ma-atsir Asy-Syadzaliyah disebutkan,
pada pasal adab adz-Dzikr, sebagaimana dituturkan oleh Asy-Sya’roni, bahwa adab
berdzikir itu banyak. Tetapi dapat dikelompokkan menjadi 20 (dua puluh), terbagi
menjadi tiga bagian. Lima (5) adab
dilakukan sebelum bedzikir, 12 (dua belas) adab dilakukan pada saat berdzikir
dan dua ( 2) adab dilakukan setelah selesai berdzikir.
Lima (5) adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir,
meliputi. Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak
berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan. Mandi dan atau wudlu. Diam dan tenang. Hal ini dilakukan agar di
dalam dzikir nanti dia dapat memperoleh shidq, artinya hatinya dapat
terpusat pada bacaan Allah yang kemudian dibarengi dengan lisannya yang
mengucapkan Lailaaha illallah. Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang
melaksanakan dzikir terhadap himmah syaikh atau guru mursyidnya. Menyakini bahwa dzikir thariqoh yang didapat
dari syaikhnya adalah dzikir yang didapat dari Rasulullah Saw,
karena syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari beliau.
Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan
pada saat melakukan dzikir adalah, duduk di tempat yang suci seperti duduknya
di dalam shalat. Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya. Mengharumkan
tempatnya untuk berdzikir dengan bau wewangian, demikian pula dengan
pakaian di badannya. Memakai pakaian yang halal dan suci. Memilih tempat yang gelap dan sepi jika
memungkinkan. Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup
jalan indra dzahir, karena dengan tertutupnya indra dzahir akan
menjadi penyebab terbukanya indra hati/bathin. Membayangkan pribadi guru
mursyidnya diantara kedua matanya. Dan ini menurut ulama thariqoh merupakan
adab yang sangat penting. Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang
yang berdzikir itu dapat memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi
(sendiri) atau ramai (banyak orang). Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari
segala ketercampuran. Dengan kejujuran serta keikhlasan seseorang yang
berdzikir akan sampai derajat ash-shidiqiyah dengan syarat dia mau
mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya (berupa kebaikan dan keburukan)
kepada syaikhnya. Jika dia tidak mau mengungkapkan hal itu, berarti dia
berkhianat dan akan terhalang dari fath (keterbukaan bathiniyah). Memilih
shighot dzikir bacaan La ilaaha illallah , karena bacaan ini memiliki
keistimewaan yang tidak didapati pada bacaan- bacaan dzikir syar’i
lainnya. Menghadirkan makna dzikir di dalam hatinya. Mengosongkan hati
dari segala apapun selain Allah dengan La ilaaha illallah , agar pengaruh
kata “illallah” terhujam di dalam hati dan menjalar ke seluruh anggota
tubuh.
Sementara adab setelah laksanakan Dzikir ada 3 (tiga),
meliputi: Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’ dan
menghadirkan hatinya untuk menunggu waridudz-dzkir. Para ulama thariqoh
berkata bahwa bisa jadi waridudz-dzikr datang dan sejenak memakmurkan hati itu
pengaruhnya lebih besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadlah dan
mujahadah tiga puluh tahun. Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena
hal ini – menurut ulama thariqoh- lebih cepat menyinarkan bashirah,
menyingkapkan hijab-hijab dan memutus bisikan–bisikan hawa nafsu dan
syetan. Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa
hangat di hati orang yang melakukannya, yang disebabkan oleh syauq (rindu) dan tahyij (gairah)
kepada al-madzkur/Allah Swt yang merupakan tujuan utama dari dzikir,
sedang meminum air setelah berdzikir akan memadamkan rasa tersebut.
Begitu sekelumit tentang dzikir yang berhasil kami himpun. Kalau ada yang salah itu
semata-mata karena keselahan kami. Bila
benar, itu semua bersumber dari kebenaran Allah SWT. Mari berdzikir dengan
benar, jangan hanya ber-“dzikir-dzikir”
No comments:
Post a Comment
Komentar