Baca Juga
Munandar Wijaya Ramlan |
Mamasa – Ini bukan soal suami yang ditinggal pergi istri bernama Wati yang orang
Mamasa, lalu buru-buru cari penggantinya. Tetap kisaran diskusi yang merebak di
media sosial (Medsos) tentang jabatan
lowong Wakil Bupati (Wati) Kabupaten Mamasa (Kab Mamasa), Sulawesi Barat
(Sulbar) yang ditinggal mendiang Victor Paotonan.
Mengelaborasi dinamika demokrasi di “kampung”-nya, legislator Sulbar, Munandar
Wijaya Ramlan, Jumat (15/07/2016) pagi, katakan kalau hal tersebut adalah
lumrah dan wujud kepedulian masyarakat pada daerahnya. Namun Munandar yang juga
Wakil Ketua DPRD Sulbar ini, nilai, semuanya harus dipikirkan matang-matang
dengan mengikuti mekanisme yang ada.
“Proses pergantian (pergantian Wati Mamasa,
red) itu mekanismenya harus melalui
usulan nama partai pengusung pada Pilkada 2013 lalu, yakni golkar dan PKB.
Usulan nama itu kemudian dikerucutkan menjadi dua nama saja, itu kemudin di
bawa ke dalam rapat paripurna DPRD Mamasa untuk dipilih dan di putuskan,
selanjunya diusulkan pengangkatannya kepada Mendagri (Menteri Dalam Negeri, red) melalui gubernur,”
papar Munandar.
Diurai lebih lanjut pada spot interview via Personal Facebook (PF)-nya, Munandar jelaskan bahwa secara
politik tentunya semua dapat memahami
bahwa Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masing
masing akan mengusulkan nama kadernya yang dianggap terbaik berdasarkan
keputusan partainya masing-masing. Pada
konteks tersebut menurut Munandar, itu tidak ada yang bisa campuri (baca:
intervensi, red), karena sudah sesuai mekanisme yang di atur.
“Tetapi saya, selaku putra Daerah Kabupaten Mamasa, dan juga
sebagai wakil rakyat Dapil (Daerah
Pemilihan, red) Mamasa ingin memberi saran pertimbangan,” jelasnya.
Pertimbangan yang dimaksud Putra H Ramlan
Badawi ini, pertama, adalah keterwakilan wilayah di Kab Mamasa harus menjadi pertimbangan
utama dalam menentukan figur yang akan mengisi kekosongan jabatan Wati.
Menurutnya, di Kab Mamasa, ada pembagian kewilayahan. Ini tentunya sudah
dapat dipahami, bahwa ada wilayah 1 sebagai wilayah Tandalangngan (sebelah
diatas), wilayah 2 sebagai, Tandasau (sebelah sana) dan juga ada wilayah 3 sebagai
wilayah utama Pitu Ulunna Salu (PUS). Terkait dalam pengisian kekosongan Wati Mamasa ia menyarankan untuk sosok yang mewakil
wilayah 1 dan 2 sebagai wujud keseimbangan yang selama ini telah terpelihara.
“Kedua, aspek keterwakilan agama juga harus
menjadi prioritas dalam menentukan pengisian kekosongan Wati. Kita ketahui
bersama bahwa toleransi antar ummat
beragama di Kab Mamasa yang selama ini terpelihara dengan baik, itu karena
prinsip kebersamaan, prinsip keadilan dan tidak membeda-bedakan. Ini di
terapkan oleh pemerintah dan masyarakat, sehingga sepatutnya pemimpinnya pun harus
representatif dari semua golongan yang
ada di Mamasa. Jangan ada ketimpangan, jangan mengutamakan kepentingan politik
dengan mangabaikan nilai-nilai tatanan sosial masyarakat dan falsafah nenek
moyang kita Mesa Kada diPotuo, Pantan
Kada diPomate,” urai Munandar.
Sementara yang ketiga menurut legislator
asal Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini, bahwa dalam melakukan proses
mengisi kekosongan jabatan Wati, jangan terlalu terburu-buru, jangan abaikan duka cita yang masih dirasakan oleh
kelurga besar almarhum Bapak Vicktor
Paotonan, saat ini masih berkabung. Sebagai orang yang beradab menurut
Munandar, selayaknya semua turut berdukacita atas berpulangnya putra
terbaik Mamasa itu Mei lalu.
“Proses menuju pergatian Wati tetap akan dilakukan tapi tidak dengan
menonjolkan sikap berlebihan. Almarhum adalah salah satu tokoh yang perlu kita
hormati,” tandasnya.
Sementara untuk saran keempat dari Munandar
Wijaya Ramlan, ia harapkan kepada pimpinan dan anggota DPRD Kab Mamasa agar
nantinya dalam menentukan pengganti Almarhum Victor Paotonan sebagai Wati, tetap menjaga kredibilitas personal dan
kelembagaan DPRD sebagai lembaga yang terhormat. Tidak terpengaruh dengan
segala hal-hal yang dapat merusak nama baik. Utamakanlah kepentingan rakyat dan
kebaikan daerah.
LS
No comments:
Post a Comment
Komentar