Cari di Blog Ini

Followers

Tuesday, June 20, 2017

Menggali Nalar Lokal Untuk Merekat Kebersamaan Membangun Mamasa

Baca Juga

H. Ramlan Badawi
H. Ramlan Badawi
Untuk kebaikan dan kemajuan Kabupaten Mamasa, kami sajikan secara bersambung bunga rampai pemikiran Drs. H. Ramlan Badawi, MH yang diambil dari Buku "Drs. H. Ramlan Badawi, MH. Harapan  Mayarakat Mamasa  Untuk  Mandiri Dalam Kehidupan Berkeadilan, Demokratis Dan Sejahtera" yang ditulis Taufik AAS P dan Andi Waris Tala, bakal diterbitkan oleh Aliansi Wartawan Mamasa (Alwama).
Redaksi

Sejarah tentang asal usul orang Mamasa dan budayanya menjadikan daerah yang terletak di dataran tinggi Pulau Sulawesi ini adalah yang cukup ternama di masa lalu. Nenek moyang kita di Mamasa yang dulu masih kental dengan sebuta kawasan atau daerah Pitu Ulunna Salu adalah moyang yang berdifusi secara luas ke seluruh suku-suku bangsa di Pulau Sulawesi, khususnya pada Mandar, Bugis dan Makassar. Karena itu memiliki akar budaya yang kuat.

Pada perisinsipnya moyang orang Mamasa telah mengajarkan pola-pola kebersamaan dan kegotongroyongan yang dikenal dengan istilah “Mesa Kada dipotuo, patang kada dipomate.” Ini adalah nalar lokal yang memiliki akar yang kuat dan hidup dalam diri orang-orang Mamasa. Menjadikan Mamasa  daerah  yang kental persaudaraaannya satu sama lain. Sehinga tidak persoalan atau permasalahan yang tidak dapat diselesaikan. Karena orang-orang Mamasa  menjunjung tinggi norma-norma adat yang telah melingkupinya secara turun temurun.

Saya melihat hal ini adalah kekuatan yang tidak ternilai harganya bila dikaitkan dengan upaya-upaya percepatan pembangunan masyarakat Mamasa secara luas. Dimana dengan akar budaya tersebut, pemerintah akan menempatkan dirinya sebagai  inspirator dan motivator dalam pembangunan. Tentunya dengan tetap kedepankan etika-etika budaya yang berkembang di masyarakat, secara lansung dapat memberikan kesepahaman yang  sama, bahwa masyarakat itu bukan semata-mata sebagai obyek pembangunan, tetapi juga adalah bagian terpentig bagi kemajuan daerah ini. Artinya, masyarakat ditempatkan sebagai pelibat dan juga adalah pelaku pembangunan.

Membangun Mamasa dalam bingkai budaya, itu adalah upaya-upaya pemerintah daerah membangun daerah ini secara seutuhnya. Dengan kata lain, bahwa masyarakat yang sejatera itu, adalah sejahtera secara penuh atas ketersediaan kebutuhan jasmani dan rohani.

Sebagai daerah yang masih tergolong baru, Kabupaten Mamasa memang dalam posisi terbelakang dari sektor real, terutama karena daerah yang berhawa sejuk ini belum memiliki infrastrktur jalan yang optimal. Karena itu harus diakui, upaya-upaya produksi masyarakat juga belum maksimal pula dalam mendapatkan hasil yang cukup. Karena itu pemerintah daerah dengan dukungan pemerintah provinsi dan  pusat berusaha secara penuh mencari cara terbaik manata jalan menuju Mamasa.

Saya sebagai Bupati dan Wakil Bupati  beserta seluruh jajaran pemerintah Kab. Mamasa memang merasakan “gerahnya” masyarakat karena jalannya belum  bagus. Gelombang aksi dan demostrasi menuntut perbaikan jalan, memang terus berlansung. Aksi-aksi dan demostrasi tersebut selain ditujukan kepada pemerintah kabupaten, pemerintah provinsipun dikritik pedas oleh masyarakat. Saya kira itu adalah dinamika masyarakat dengan tujuan yang sama dengan kami di pemerintahan. Inginkan Mamasa yang lebih maju dan berkembang.

Karena  Pemerintah  Kabupaten Mamasa dan masyarakat Mamasa adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kita semua memiliki aliran darah yang sama     

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.