Cari di Blog Ini

Followers

Thursday, August 31, 2017

Hadir “Hoax Buster” Antisipasi Informasi Tipu di Mamuju Utara?

Baca Juga

Kegiatan Hoax Buster di Matra
Kegiatan Hoax Buster di Matra
Pasangkayu – Kemunculan kata “Hoax” dipicu oleh perkembangan dunia maya (dumay) atau internet. Makin berkembang dengan adanya piranti baru seperti  facebook, whatsshap, tweeter dan semacamnya. Lalu memunculkan jagad  Media Sosial, dimana para warganet  berinteraksi, bercakap, bersendagurau, saling mengejek, saling memuji berlebihan (baca: “Sipatende-tende”) dan banyak ragamnya.    

Hoax  itu sendiri adalah satu suku kata dalam Bahasa  Inggris,  artinya tipuan, menipu. berita bohong, berita palsu atau kabar burung . Hoax adalah  kata yang berarti ketidak benaran suatu informasi . Sedangkan definisi Hoax menurut wikipedia adalah; Sebuah pemberitaan palsu adalah usaha untuk  menipu atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta berita palsu tersebut  tahu bahwa berita tersebut palsu.

Pada Kabupaten Mamuju Utara (Pasangkayu), Sulawesi Barat (Sulbar)  sentakan internet  membuat  masyarakat  menjadi pecandu facebook dan sejenisnya. Itu membuat luberan informasi lewat medsos masuk ke semua gadget. Karena itu diperlukan kearifan dan sikap yang lebih dewasa dari masyarakat, agar tidak terjebak lingkaran informasi yang berkonten hoax.

Lalu dibentuklah Hoax Buster pertama kalinya di kabupaten ini lewat inisiasi Dinas Komunikasi dan Iformasi (Kominfo).  Seperti dkatakan oleh Rahadian Subakti, S.Kom, M.Pd, Kepala Persandian dan Statistik Dinas Kominfo,  kalau pembentukan Komunitas Hoax  Buster  itu, langkah awalnya lewat jalur pendidikan karena itulah yang paling efektif . Misalnya telah dilakukan SMA Negeri I, SMK 2 Pasangkayu , STIT DDI Pasangkayu dan SMPN I Pasangkayu.

“Tujuannya  sebagai bentuk pencegahan dini dampak hoax . Tentu dengan memberikan pengetahuan dengan cara meningkatkan pemahaman dan pengertian  tentang hoax. Sehingga pada muaranya nanti,  masyarakat bijak dalam menggunakan  media sosial,” kata Rahardian.

Dikatakan lebih lanjut oleh Rahardian, bahwa kegiatan adala pertama kali ada di Sulbar dan akan terus berjalan karena itu sangat dibutuhkan. Apalagi dalam situasi dan kondisi Mamuju Utara, dimana ada 14 etnis ada di daerah, itu sangat rentan timbulkan problem yang dipicu penggunaan Medsos yang tidak bijak. Termasuk dalam situasi politik yang mulai memanas jelang Pemilihan Legislatif (Pileg) 2018 dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2021 yang akan datang.

(kontribusi Agus Riyadi/LS)

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.