Cari di Blog Ini

Followers

Thursday, October 4, 2018

Samsuddin: Mengejar Keselamatan Anak dan Istri di Tengah Gempah dan Tsunami Palu 7.7 SR

Baca Juga


Samsudin, SH
Samsudin, SH
PALU, lenterasulawesiKomisioner Bawaslu Pasangkayu, Samsudin, SH, melalui wall akun Personal Facebook (PF), Kamis (04/10/2018) menuliskan testimoninya tentang  gempa dan tsunami Donggala dan Palu, dimana ia merasakan lansung cobaan itu. Berikut lenterasulawesi mengutif sepenuhnya apa yang dinuranikan oleh mantan jurnalis ini.

Peristiwa Gempa dan Sunami Palu dengan kekuatan 7.7 skala richter meluluh lantahkan sebagian besar kota Palu dan sekitarnya. Waktu itu hari Jumat, tgl 28 September 2018. dampak Gempa Donggaal dan Palu ikut berimbas di provinsi Sulbar, khususnya Mamuju. Waktu itu, saya dan sahabat2 sedang mengikuti kegiatan Rapat Koordinasi Gakkumdu dan Pendidikan Khusus Penyelidikan dan Penyidikan Pemilu 2019 di Maleo Hotel lantai 2. Memasuki waktu sholat Magrib, tiba2 Hotel Maleo bergoyang dan para penghuni Maleo saat itu berlarian turun untuk menyelamatkan diri, termaksud kami yg saat itu sedang mengikuti kegiatan.

Sesaat kemudian, saya mencoba mencari informasi krn saat itu hp androidku ku lowbet dan hanya mengandalkan hp biasa. Melalui hp sahabatku sesama Bawaslu aku mendapatkan informasi bhw gempa dgn kekuatan 7.7 SR berpusat di Donggala, Provinsi Sulteng. Saat itu perasaan sdh bercampur aduk antara tetap mengikuti kegiatan atau pulang.

Pada pukul 18.20 wita, hatiku makin kalut dan seakan keluargaku memanggil pulang. Akhirnya sy mencoba meminta izin pada pimpinanku agar bs pulang. Dengan izin itulah akhirnya kami bertiga bergegas pulang ke tempat asal. Sepanjang perjalanan dari Mamuju terlihat pemandangan yg tdk mengenakan krn warga pada mengungsi di pinggir2 jalan.

Ilustrasi (jawapos.com)
Ilustrasi (jawapos.com)

Perjalanan Mamuju-Pasangkayu waktu itu sampai 6 jam, sekitar pukul 01.30 wita, kami pun tiba dgn selamat di Pasangkayu, namun wkt itu sy sendiri sdh tdk tenang ingin ke Palu dan tak satupun teman yg ingin menemani krn alasan mereka juga khuatir dgn keluarganya. Dengan tdk tidur menunggu wkt yg tepat, akhirnya pukul 05.45 wita sy putuskan meminjam motor untuk pergi sendiri krn sy tau bhw dgn menggunakan motor dpt meminimalisir gangguan di jalan.

Di perjalanan dari Pasangkayu menuju Palu pemandangan tak berbeda yg sy lihat dari Mamuju ke Pasangkayu, warga pada mengungsi di tempat2 yg tinggi. Di sepanjang perjalanan Donggal-Palu sy makin kaget krn pasca gempa dan sunami hampir seluruhnya porak-poranda dan masih bertebaran di sepanjang jalan. Dalam perjalanan itu sy memohon keselamatan anak, istri dan keluarga serta para saudara kita di Palu.

Dalam perjalanan itu sy melihat sejumlah mayat dan bangunan serta mobil besar yg terseret Sunami. Laki-laki yg pantang meneteskan air mata akhirnya benar2 menangis melihat peristiws itu, meski perjalanan itu sangat susah menembus lokasi rumah yg hendak di tuju namun tekad sdh bulat, baik hidup maupun mati. Pada pukul 08.15 wita, tiba di tempat tujuan sy pun sontak kaget krn akses jalan terputus krn tanah jeblok turun hingga 10 meter, aspal bergelombang setinggi mobil dan tiang2 listrik berjatuhan dan melentang ke arah jalan.

Sepanjang mata memandang, Kelurahan Balaroa 95 persen rata dgn tanah yh dulunya padat bangunan rumaj penduduk. Kelurahan Balaroa tepat berdampingan dgn Sungai Manonda, Kelurahan Duyu. Sontak waktu itu sy menangis dgn keras dan memanggi istri dan anak-anakku.

"Ya Allah kemana sudah stri dan anakku". Kalimat itulah yg pertama keluar dari mulutku dgn penuh cemas dan tak berdaya dengan tetesan air mata. Aku terus mencari dan mencari di sejumlah Kamp Pengungsian yg satu ke yg lainnya. Ingin terus melangkah untuk mrncari namun kondisi BBM kendaraan sdh sekarat dan tak satupun penjual BBM. Aku pun lelah dalam pencarian, aku duduk termenung sendiri di pinggir jalan mencari istri dan anakku pasca gempa. "Ya Allah kalau istri dan anakku msh hidup tlglah pertemukan, aku lelah ya Allah".

Saat itu kembali bangkit dgn tubuh yg mulai putus asa mencari dan hendak pergi ke tempat pencarian terakhir di stadiun Gawalise. Entah bisikan apa, seakan aku di panggil masuk sebuah lorong yg diatasnya terdapat lokasi pengungsian. Aku berbalik arah dan memutar kembali motorku yg sdh sekarat.

Pada hari Sabtu, pukul 13.30 wita Alhamdulillah saat itu ku lihat sebuah motor merk sporty warna hijau milik anakku. Aku berucap" Ya Allah engkau memberiku petunjuk dan bertemu anakku, terima kasih ya Allah" aku pun menangis sambil memeluk anak-anakku dgn erat. (singkat cerita dari saya)
(sumber:facebook SamJi Bao/LS)

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.