Cari di Blog Ini

Followers

Thursday, October 4, 2018

Jumat Malam Yang Memilukan

Baca Juga

Oleh: Enis

 
 
Enis
Enis
JUMAT sore (28/9/2018) usai waktu Ashar sekitar pukul 16.00, saya beserta istri dan seorang anak saya berangkat dari Pasangkayu, Sulawesi Barat (Sulbar), menuju Donggala, Sulawesi Tengah (Suteng) untuk menjenguk anak bungsu saya yang tinggal bersama neneknya di Lampong, Donggala.

Adapun jarak antara Pasangkayu - Donggala sekitar 90 kilometer. Saat kendaraan kami DD 1373 VJ di wilayah pegunungan Salobomba, Kabupaten Donggala, saya pelankan kendaraan karena tiba waktu Maghrib yang jarak Kota Donggala tinggal kisaran 12 kilometer, dan mobil kami seperti diayun kekiri-kekakanan dan para pengendara roda 2 yang melintas melaju kencang terjatuh sementara roda 2 berjalan pelan langsung memarkir kendaraannya untuk mengecek kendaraan masing-masing dan belum tahu apa yang terjadi.

Saat tiba diujung penurunan jalan trans Sulawesi dan sudah memasuki Perkampungan Salobomba dimana Salobomba berada di pesisir pantai Selat Makassar, wargapun berlarian ingin menyelamatkan diri menuju ke atas gunung. Mereka (warga) menangis dan histeris teriak kalau mereka semua harus secepatnya mengungsi ke gunung (dataran tinggi) sebab terjadi bencana gempa dan informasi warga kalau di Kota Palu telah terjadi tsunami.

Sayapun baru tersadar kalau saat saya rasakan mobil seperti diayun sesat lalu itu akibat gempa. Istri dan anak saya, saya suruh kebelakang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan sebab saya lihat tiang listrik di sepanjang jalan banyak yang berjatuhan walau ujungnya belum menyentuh tanah disebabkan kabel listrik yang menahan beban tiang tersebut termasuk dahan pohon juga banyak berserakan di jalan.

Beberapa kendaraan di depan dan belakang saya, semuanya berjalan pelan karena banyaknya hambatan di jalan. Saya melihat ke kiri-kanan, beberapa bangunan rubuh, ada bangunan rumah hanya terasnya saja rubuh dan ada juga rata dengan tanah.

Saya juga menyaksikan isak tangis warga di sepanjang jalan, ada yang berteriak agar sanak saudaranya yang tertimpa reruntuhan bangunan untuk di evakuasi, sementara anak-anak dan orang tua jompo di papa oleh keluarganya untuk mrnyelamatkan diri.

Saat saya tiba di Kota Donggala sekitar pukul 19.00 malam, pada umumnya kendaraan menuju luar kota ke gunung Ganti mengungsi. Dalam Kota Donggala sendiri seperti kota tak berpenghuni dan saat saya tiba di Tanjung Batu, kendaraan tidak bisa lewat dan saya putar balik naik ke atas gunung Bale.

Setibanya diatas gunung Bale, ternyata sudah banyak kendaraan dan pengungsi. Sayapun mulai cemas keberadaan anak dan keluarga saya, sementara jaringan handphone seluler sudah tidak berfungsi lagi ditambah gelap gulita karena jaringan instalsi listrik PLN juga alami gangguan.

Saya bersama istri kemudian menuju belakang kantor Dinas Pariwisata untuk cari tahu keberadaan mereka (keluarga), dan kami dapatkan informasi kalau keluarga dievakuasi ke lapangan belakang kantor Koramil.

Setibanya di lapangan yang di maksud, beberapa orang pengungsi katakan kalau keluarga kami di tempat oengungsian belakang kantor DPRD, sayapun bergegas kesana, dan setibanya ditempat pengungsian lagi-lagi keluarga belum saya dapatkan.

Saya terus cari tahu tempat pengungsian keluarga saya, dan sekitar pukul 21.00 di Kampung Mente, Alhamdulillah saya bertemu dengan anak saya si bungsu dan keluarga serta para pengungsi lainnya yang masih merasa cemas karena setiap saat terjadi gempa susulan dan merekapun (pengungsi) bersahut-sahutan mengumandangkan takbir  Allahu Akbar setiap terjadi gempa susulan.

Jumat malam itu, diberbagai tempat pengungsian, warga Donggala sangat cemas dan memilukan. Betapa tidak, setiap saat terjadi gemp susulan oara pengungsi cemas, sementara warga pengungsi hanya menggunakan alas apa adanya diberbagai tempat pengungsian tampa adanya perlatan untuk berteduh, sementara hujan gerimis turun sekitar pukul 23.00 dan berhenti kemudian gerimis lagi sekitar pukul 03.00 dini hari.

Bayangkan kalau pembaca ada ditengah-tengah pengungsi saat itu, betapa cemas dan memilukannya para pengungsi bencana gempa di Donggala khususnya bagi anak-anak dan orang tua jompo.
(*)

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.