Baca Juga
Gunung Bawakaraeng (foto: istimewa) |
Selain menjadi simbol bagi Bugis Makassar yang telah mendunia. Para
pendukung budaya Bugis Makassar juga telah mempengaruhi opini. Dengan kemampuan
kesastraan yang tinggi para leluhur Bugis Makassar mampu menciptakan legenda
bahwa gunung itu adalah kiblat ke-2 setelah, setelah kiblat di Tanah Suci
Makkatulmukarramah. Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini
meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali. Para penganut
keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap
musim haji atau bulan Zulhijjah, bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah
Suci. Tepat tanggal 10 Zulhijjah, mereka melakukan salat Idul Adha
di puncak Gunung Bawakaraeng.
Secara geografis, Gunung Bawakaraeng adalah
gunung yang terletak di kampung Lembanna. Masuk dalam kawasan wisata puncak
Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dapat ditempuh sekira tiga jam
perjalanan dari Makassar dengan berkendaraan darat ke arah selatan. Bawakaraeng.
Tentang ritual “haji” setiap hari raya Idul Adha, di gunung yang tidak diketahui siapa yang
memberikan nama Bawakareng itu, ada banyak cerita berkisar. Hanya dikisahkan
bahwa gunung yang angker itu adalah tempat pertemuan rahasia wali-wali penyebar
Agama Islam kala itu. Kemudian ada juga yang mengisahkan bahwa pada masa lampau ada seseorang yang
sangat ingin naik haji, lalu dia mendapatkan bisikan untuk mendaki puncak Bawakaraeng
sebagai ganti hajinya. Maklumlah pada saat itu untuk menunaikan ibadah haji ke
Baitullah, masih sangat-sangat sulit. Untuk mencapai Tanah Suci Makkah saja,
harus menempuh perjalan lewat laut lebih
dari sebulan.
Selain misteri “haji Bawakaraeng,” gunung yang suhunya ini bisa
dibawah 0 derajat celcius terdapat pula cerita unik
di dalamnya. Tentanga penunggunya yang selalu merunduk, mereka sebut “Dunduaq”
atau bongkahan batu yang bisa memancarkan sinar terang di malam hari. Konon
bongkahan bersinar ini hanya mampu ditemukan oleh orang-orang yang bersih
hatinya. Dus, bagi yang mampu mengambil secuil bongkahan ini dan dijadikan batu
cincin. Akan memberi kewibawaan bagi pemakainya dan berpotensi menjadikannya
pemimpin, Presiden, Gubernur, Bupati, Camat, Lurah/Desa, RW, RT dan minimal
Kepala Rumah Tangga (Ka RT) di rumahnya masing-masing.
Pada Gunung Bawakareng, seseorang yang tulus dan bersih hatinya
bisa melakukan tirakatan, semedi, tafakkur, berserah diri kepada kekuasaan Sang
Khalik untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dalam hal-hal kebaikan. Dengan
tetap memperhatikan aspek kesehatan, terutama menjaga suhu tubuh agar tetap
normal, karena cuaca dibawah nol. Seseorang yang berikhtiar akan mendapatkan “jimat”
yang disebut. “Tenna leppa lila, tenna iri anging, tenna karawa jari” dari
gunung misteri tersebut. Serta masih banyak lagi ribuan halaman, “jimat” bisa
didapatkan.
Terlepas dari kandungan misterinya, keindahan gunung ini memang
cukup kesohor. Pesona alam Gunung Bawakaraeng memancarkan keelokan hutan tropis
yang sangat menakjubkan. Gunung ini diselimuti pepohonan hijau dengan tebaran
bunga gunung beraroma khas, termasuk edelwesi, bunga yang tak kunjung layu, bunga
ini adalah simbol cinta sejati pria-wanita.
(Dari berbagi sumber:lenterasulawesi.com)
No comments:
Post a Comment
Komentar