Cari di Blog Ini

Followers

Wednesday, January 27, 2016

Bawakaraeng, Gundukan Raksasa dengan Kisah Ribuan Halaman

Baca Juga



Menyebut nama Bawakareng, bukan sekedar mengetimologika sebagai “mulut Tuhan”  Tebih dari itu, tentang sebuah gundukan raksasa yang tertelungkup, masyarakat dunia mengakuinya sebagai Gunung Bawakaraeng. Ikon kebesaran Kerajaan Gowa, salah satu imperium di Asia Tenggara pada abad 16 hingga 17.

Gunung Bawakaraeng  (foto: istimewa)
Selain menjadi simbol bagi Bugis Makassar yang telah mendunia. Para pendukung budaya Bugis Makassar juga telah mempengaruhi opini. Dengan kemampuan kesastraan yang tinggi para leluhur Bugis Makassar mampu menciptakan legenda bahwa gunung itu adalah kiblat ke-2 setelah, setelah kiblat di Tanah Suci Makkatulmukarramah. Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali. Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijjah, bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Tepat tanggal 10 Zulhijjah, mereka melakukan salat Idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng.
Secara geografis, Gunung Bawakaraeng adalah gunung yang terletak di kampung Lembanna. Masuk dalam kawasan wisata puncak Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dapat ditempuh sekira tiga jam perjalanan dari Makassar dengan berkendaraan darat ke arah selatan. Bawakaraeng.

Tentang  ritual “haji” setiap hari raya Idul Adha, di gunung yang tidak diketahui siapa yang memberikan nama Bawakareng itu, ada banyak cerita berkisar. Hanya dikisahkan bahwa gunung yang angker itu adalah tempat pertemuan rahasia wali-wali penyebar Agama Islam kala itu. Kemudian ada juga yang mengisahkan  bahwa pada masa lampau ada seseorang yang sangat ingin naik haji, lalu dia mendapatkan bisikan untuk mendaki puncak Bawakaraeng sebagai ganti hajinya. Maklumlah pada saat itu untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah, masih sangat-sangat sulit. Untuk mencapai Tanah Suci Makkah saja, harus menempuh perjalan lewat  laut lebih dari sebulan.

Selain misteri “haji Bawakaraeng,” gunung yang suhunya ini bisa dibawah 0 derajat celcius  terdapat pula  cerita unik di dalamnya. Tentanga penunggunya yang selalu merunduk, mereka sebut “Dunduaq” atau bongkahan batu yang bisa memancarkan sinar terang di malam hari. Konon bongkahan bersinar ini hanya mampu ditemukan oleh orang-orang yang bersih hatinya. Dus, bagi yang mampu mengambil secuil bongkahan ini dan dijadikan batu cincin. Akan memberi kewibawaan bagi pemakainya dan berpotensi menjadikannya pemimpin, Presiden, Gubernur, Bupati, Camat, Lurah/Desa, RW, RT dan minimal Kepala Rumah Tangga (Ka RT) di rumahnya masing-masing.

Pada Gunung Bawakareng, seseorang yang tulus dan bersih hatinya bisa melakukan tirakatan, semedi, tafakkur, berserah diri kepada kekuasaan Sang Khalik untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dalam hal-hal kebaikan. Dengan tetap memperhatikan aspek kesehatan, terutama menjaga suhu tubuh agar tetap normal, karena cuaca dibawah nol.  Seseorang yang berikhtiar akan mendapatkan “jimat” yang disebut. “Tenna leppa lila, tenna iri anging, tenna karawa jari” dari gunung misteri tersebut. Serta masih banyak lagi ribuan halaman, “jimat” bisa didapatkan.

Terlepas dari kandungan misterinya, keindahan gunung ini memang cukup kesohor. Pesona alam Gunung Bawakaraeng memancarkan keelokan hutan tropis yang sangat menakjubkan. Gunung ini diselimuti pepohonan hijau dengan tebaran bunga gunung beraroma khas, termasuk edelwesi, bunga yang tak kunjung layu, bunga ini adalah simbol cinta sejati pria-wanita.

(Dari berbagi sumber:lenterasulawesi.com)

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.