Cari di Blog Ini

Followers

Friday, February 12, 2016

Sembunyilah, Alam Bongkar Sendiri Borok Proyek Pengendalian Banjir dan Normalisasi Sungai Mamasa?

Baca Juga

Yohanis Tadius dan Muspida Mandadung
Mamasa – Sudah diisyaratkan oleh sejumlah stakeholder, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mamasa, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan sejumlah tokoh masyarakat  bahwa proyek Pengendalian Banjir dan Normalisasi Sungai Mamasa tahun anggaran 2015 yang berlokasi di Rante Tolampa Desa Rabusaratu, Kecamatan Mamasa, Desember 2015 silam (baca: Proyek BSW 3 SNVT Kaluku-Karama Terindikasi Rusak Kelestarian Sungai Mamasa?). Kalau terjadi indikasi merusak ekosistem dan struktur sungai  serta model fisik tembok penahan tidak signifikan dengan kondisi tebing Sungai  Mamasa, namun pihak pelaksana tetap tidak menggubris. Akhirnya, pada Jumat (12/03/2016), terjadi cebol pada sedikitnya 8 titik.
Ambrolnya  tembok penahan banjir Sungai  Mamasa di sejumlah titik tersebut ditanggapi oleh sejumlah warga sebagai akibat kecerobohan pelaksana kegiatan yang bekerja tidak profesional. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan  yang tidak sesuai yang sebenarnya.
Akibat dari kerja serampangan pada proyek yang dikerjakan oleh dua kontraktor nasional, PT Andyna Putri Pratama dengan anggaran proyek dalam rupiah murni Rp 14,893,540,000 dan PT Putra Mayapada nilai kontrak Rp 34,783,439,000 itu, masyarakat  yang bermukim di seputaran bantaran Sungai Mamasa yang dilewati  proyek  dari Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWS) III, Satker Non-Vertikal Tertentu (SNVT) Kaluku-Karama, Sulbar itu merasa khawatir dan was-was. Sementara sawah-sawah masyarakat ada ikut juga tergerus.

Yohanis Tadius, Ketua Rukun Warga (RW) 02,  Kelurahan Mamasa, Kecamatan Mamasa, yang bermukim pada salah satu titik jebol mengatakan kalau ambruknya penahan banjir  itu bukan karena faktor alam semata. Tetapi memang bangunannya yang rapuh akibat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak profesional dan trampil.

“Meskipun saya tidak tahu persis teknisnya, tetapi sebagai warga di sini yang melihat betul kondisi bangunannya, sejak dimulai sampai hampir selesai dan roboh. Memang betul-betul dikerjakan tidak profesional. Mulai dari  pengecoran pada bagian bawah yang memang tidak punya pondasi, tengahnya hanya berisi kerikil dan batu-batu sungai tanpa campuran semen. Hanya luarnya saja yang ada semen. Apalagi, dasar sungai digali lagi untuk diambil materialnya, membuat tebingnya tergantung dan gampang jatuh,” papar Tadius.

Blok penahan banjir yang rapuh dan roboh pada normalisasi Sungai Mamasa

Senada dengan Ketua RW 02 Keluarahan Mamasa, Muspida Mandadung, SE, mantan anggota DPRD Mamasa, yang juga tokoh masyarakat setempat melihat adanya ancaman bagi warga di seputaran bantaran Sungai Mamasa akibat proyek balai tersebut. Menurut Muspida, sejatinya proyek ini harus membuat masyarakat terhindar dari bencana. Tetapi justru bencana yang akan timbul, bila tembok-tembok setinggi 6 meter dengan lebar 1 meter itu jebol masuk ke sungai. Pasti akan membendung sungai dan airnya akan meluap menjadi bencana.

“Kalau dilihat konstruksinya tapa pondasi dan cakar yang kuat, tembok-tembok penahan air itu akan longsor masuk ke sungai. Apalagi arus Sungai  Mamasa yang memang cukup deras. Kalau dilihat dasarnya memang air sudah masuk dan membuat lobang ke dalam. Ya, ancaman jebolnya tidak lama lagi. Sebab sungai sudah semakin dalam akibat dikerok dasarnya untuk material di proyek tersebut,” papar Muspida.

Alas blok tanpa pondasi dan cakar mulai tergerus air

Mantan anggota DPRD Mamasa priode 2004 – 2009 silam ini juga menyesalkan  Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWS) III, Sulbar  Kaluku-Karama yang tidak memiliki perencanan  yang matang mempertimbangkan kondisi real Sungai  Mamasa. Begitu juga pihak pemenang tender yang memberi kepercayaan  pada pelaksana di lapangan yang tidak profesional. Sejatinya menurut Muspida,  pekerjaan seperti ini harus dikerjakan oleh ahlinya, karena menyangkut kepentingan orang banyak.

(tim LS)


No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.