Baca Juga
Octavianus Danunan |
Mamasa –
Ditinggal pergi oleh Wakil Bupati (Wati) Victor Paotonan, Mei lalu. Ibarat kehilangan
kekasih, masyarakat Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), khusunya di
Wilayah 1 dan 2 memang segera ingin dapat Wati baru. Sampai-sampai mereka berunjuk rasa ke
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Itulah true democratie yang sangat
kita hormati.
Menanggapi hal tersebut Pengamat Politik Mamasa dan juga Pendiri dan
Pembina YAYASAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT MAMASA (Mamasa Community Development
Foundation –MCDF, Octavianus Danunan, Jumat (22/07/2016) dalam spot interview dengan lenterasulawesi, katakan kalau itu
wajar, namun diingatkan, jangan sampai unjuk rasa tersebut bisa mempertajam sekat antar-wilayah.
“Saya rasa DPRD tau apa yang
disampaikan kawan kawan. Saya juga faham maksud dan tujuan demo ini. Namun
dalam pergantian Wakil Bupati, kita menghormati mekanisme yg ada,” tandasnya.
Octavianus juga harapkan,
masyarakat jangan terpancing oleh isu.
Karena tahapannya untuk pergantian Wati belum jalan. Jadi biarkanlah
dulu mekanisme jalan
“Tahapannya kan masih di
tangan partai pengusung, yakni Golkar dan PKB. Merekalah yang memilih 2
orag bakal calon untuk disetujui bupati. Lalu dibawa ke DPRD. Setelah itu baru
dibahas di sidang paripurna. Jadi semua itu tergantung Golkar PKB dan bupati,”
tambahnya.
Sekali lagi menurut
Octavianus, bahwa dalam unjuk rasa tersebut yang ia pikirkan bukan soal siapa
PAW Wati, tapi dampak dari demo ini akan
jangan sampai membuat pengkotak-kotakan. Karena terkesan ada diskriminasi wilayah padahal belum
ada proses.
“Ingat sejarah kita di Mamasa,
satu rumpun yang duduki Kondosapata
adalah satu keluarga to pitu anna to
sapulomesa, yaitu anak cucu Pongkapadang. Jangan dipecah belah karena
kepentingan.” Demikian Octavianus Danunan.
LS
No comments:
Post a Comment
Komentar