Baca Juga
Sahabuddin |
Mamuju
Utara – Jika Kabupaten Mamuju Utara (Matra), Sulawesi Barat
(Sulbar) adalah sketsa mini Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dimana semua suku-suku bangsa di Nusantara
ini, berakultrasi berpadu dengan semboyang Bhineka Tunggal Ika – Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu. Maka Desa
Wulai di Kecamatan Bambalamotu adalah minaturnya lagi Matra.
Meskipun di Desa Wulai ini penduduknya mayoritas adalah
masyarakat lokal Bunggu, namun selebihnya adalah suku-suku bangsa lain dari
belahan nusantara ini, seperti Mandar, Bugis, Kaili, Toraja, Makassar, Jawa,
Bali, Nusa Tenggara dan lainnya. Mereka ini menyatuh dalam simbiosis mutualisme
sebagai warga desa yang tersebar di 4 dusun dengan jumlah Kepala Keluarga (KK)
sekitar 40-san. Kehidupannya damai
dengan pencaharian utama sebagai petani
di lahan kering atau berkebun.
Menurut Kepala
Desa (Kades) Wulai, Sahabuddin di kantornya, Senin (26/09/2016), selain sebagai
minaturnya Matra dengan keberagaman suku-suku bangsa di dalamnya, Wulai juga dikenal sebagai desa dengan lintasan dua
sungai besar. Sehingga kalau ke desa ini
di musim hujan bersiap-siaplah menyinsingkan celana dan membuka sepatu. Namun
itu tidak menyurutkan minat
orang-orang untuk berkunjung ke
Wulai. Sebab di sini sejumlah uang negara diputar untuk proyek irigasi dan penyediaan air
bersih. Selain itu Wulai juga memiliki
potensi perkebunan kelapa dalam, cengkeh dan kakao yang masih tersisa dari gerusan boming sawit
di awal tahun 1990-an lalu.
“Dulu, Desa Wulai ini cukup dikenal dengan kelapa dalam,
kakao dan cengkehnya. Tetapi karena sawit, ya banyak dari mereka yang beralih ke
perkebunan itu. Setelah harga sawit
turun, mereka mulai menyadari bahwa kelapa dalam, kakao dan cengkeh
lebih lebih menjanjikan. Karena itu masyarakat kembali mengoptimalkan tanaman keras yang
dulunya itu,” papar Sahabuddin.
Untuk mendukung peningkatan pasca panen produksi kelapa
dalam Desa Wulai, melalui kucuran Dana
Desa (DDes) tahun 2016 ini, dibangun 2 unit pemanggangan kelapa. Kemudian untuk
sektor fisik lain dibangun pula drainase dan plat deuker untuk meningkatkan
kualitas sarana transportasi antar-dusun dalam desa.
“Pembangunan dengan DDes ini diprogramkan dari hasil
musrembang desa, berdasarkan kebutuhan prioritas masyarakat. Selebihnya adalah
pemberdayaan,” tambahnya.
Sahabuddin juga menambahkan bahwa dengan adanya DDes ini,
yang diprioritaskan pada infrastruktur desa dalam mendukung peningkatan
ekonomi masyarakat serta pemberdayaan usaha-usaha
masyarakat. Ini tentnya sangat
bermanfaat ke depannya.
Pemerintah desa juga dapat lebih
inovatif membangun dan memberdayakan
rakyat.
LS
No comments:
Post a Comment
Komentar