Cari di Blog Ini

Followers

Tuesday, September 27, 2016

Menyeberangi Dua Sungai Hingga Ke Desa Miniaturnya Mamuju Utara

Baca Juga



Sahabuddin
Sahabuddin
Mamuju Utara – Jika Kabupaten Mamuju Utara (Matra), Sulawesi Barat (Sulbar) adalah sketsa mini  Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dimana semua suku-suku bangsa di Nusantara ini, berakultrasi berpadu dengan semboyang Bhineka Tunggal Ika –  Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu. Maka Desa Wulai di Kecamatan Bambalamotu adalah minaturnya  lagi Matra.

Meskipun di Desa Wulai ini penduduknya mayoritas adalah masyarakat lokal Bunggu, namun selebihnya adalah suku-suku bangsa lain dari belahan nusantara ini, seperti Mandar, Bugis, Kaili, Toraja, Makassar, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan lainnya. Mereka ini menyatuh dalam simbiosis mutualisme sebagai warga desa yang tersebar di 4 dusun dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sekitar 40-san. Kehidupannya  damai dengan pencaharian utama sebagai  petani di lahan kering atau berkebun.

Menurut  Kepala Desa (Kades) Wulai, Sahabuddin di kantornya, Senin (26/09/2016), selain sebagai minaturnya Matra dengan keberagaman suku-suku bangsa di dalamnya, Wulai  juga dikenal sebagai desa dengan lintasan dua sungai besar.  Sehingga kalau ke desa ini di musim hujan bersiap-siaplah menyinsingkan celana dan membuka sepatu. Namun itu tidak menyurutkan minat  orang-orang  untuk berkunjung ke Wulai. Sebab di sini sejumlah uang negara diputar  untuk proyek irigasi dan penyediaan air bersih. Selain itu Wulai  juga memiliki potensi perkebunan kelapa dalam, cengkeh dan kakao  yang masih tersisa dari gerusan boming sawit di awal tahun 1990-an lalu.

“Dulu, Desa Wulai ini cukup dikenal dengan kelapa dalam, kakao dan cengkehnya. Tetapi  karena  sawit, ya banyak dari mereka yang beralih ke perkebunan itu. Setelah harga sawit  turun, mereka mulai menyadari bahwa kelapa dalam, kakao dan cengkeh lebih lebih menjanjikan. Karena itu masyarakat  kembali mengoptimalkan tanaman keras yang dulunya itu,” papar  Sahabuddin.

Untuk mendukung peningkatan pasca panen produksi kelapa dalam Desa Wulai, melalui  kucuran Dana Desa (DDes) tahun 2016 ini, dibangun 2 unit pemanggangan kelapa. Kemudian untuk sektor fisik lain dibangun pula drainase dan plat deuker untuk meningkatkan kualitas sarana transportasi antar-dusun dalam desa.

“Pembangunan dengan DDes ini diprogramkan dari hasil musrembang desa, berdasarkan kebutuhan prioritas masyarakat. Selebihnya adalah pemberdayaan,” tambahnya.

Sahabuddin juga menambahkan bahwa dengan adanya DDes ini, yang diprioritaskan pada infrastruktur desa dalam mendukung peningkatan ekonomi  masyarakat  serta pemberdayaan usaha-usaha masyarakat.  Ini tentnya  sangat  bermanfaat  ke depannya. Pemerintah desa juga dapat  lebih inovatif  membangun dan memberdayakan rakyat.
                                                                                                                    LS 

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.