Baca Juga
H. Ramlan Badawi |
Masih terpatri dalam dalam ingatan saya ketika saat-saat harus turun sawah dan menggembalakan kerbau. Bahwa keadaan keadaan itu harus dirobah. Mencari ilmu dan menjadi orang terpelajarlah yang bisa membawa kemajuan dan perubahan demi meningkatkan taraf hidup daripada sekedar bertani, beternak secara manual atau menjadi penggarap kebun milik orang lain.
Sampai sekarang ada kegelisahan dalam diri saya ketika melihat situasi yang sulit rakyat Mamasa yang hidup di pinggir-pinggir gunung. Bermandikan peluh, memikul hasil bumi menuju pasar kecil dengan hasil penjualan yang kecil pula. Bagaimana rakyat itu harus turun gunung, naik gunung melintasi jalan setapak , dimana kaki-kakai itu harus menapak di atas krikil yang kadang runcing dan melukai kaki. Itulah kerasnya kehidupan rakyat Mamasa mutlak dijalani demi untuk hidup.
Keterbatasan sarana dan prasarana Mamasa di masa lalu menempatkan daerah ini menjadi terbelakang dan miskin, akibat tingkat produksi masyarakat yang memang minim. Kondisi yang memperhatinkan ini mengharuskan daerah kini sudah 17 Kecamatan ini, harus keluar dari kemelut ketertinggalan dan menjadi daerah yang otonom. Itulah pokok-pokok pikiran saya dengan wakil wakil bupati untuk bekerja secara sungguh-sungguh. Bagaimana mengoptimalkan infrastruktur, khususnya jalan dan jembatan. Membangun jalan-jalan desa menuju ibukota kecamatan, begitu juga jalan-jalan menuju ibu kota kabupaten. Dan bersyukurlah, sekarang ini, tidak ada lagi daerah yang teriosolir I di Mamasa. Walaupun kita menyadari, kalau kondisi jalannya masih banyak yang perlu dioptimalkan.
Sebagai pimpinan daerah, bersama wakil bupati dan semua perangkat daerah serat masyarakat Mamasasa secara luas, kita telah memberikan harapan yang besar dari Inti perjuangan rakyat Mamasa di masa lalu. Dimana pada intinya adalah untuk mempertahankan hidup di tengah derasnya perjuangan untuk sekedar mencari makan, demi mencapai kehidupan yang lebih sejahtera.
Rasa piluh saya melihat kenyataan di masa lalu pada masyarakat Mamasa dan terkadang berkata dalam hati, akankan suatu waktu mereka akan mendapatkan hidup yang lebih layak dan baik. Ternyata kini bukan sekedar pertanyaan belaka, tetapi telah menjadi kenyataan. Itu pulah yang mendorong saya dulu di masa kecil untuk belajar, bekerja dan tentu menyandarkan semua perjuangan tersebut pada kebesaran Allah SWT.
Bangga dan senang menjadi bupati, bukanlah sebuah tujuan utama bagi diri saya pribadi, tetapi yang terpenting adalah bisa bekerja memberikan sesuatu yang berarti dan bermanfaat bagi kehidupan rakyat Mamasa. Kehidupan yang lebih baik, melepaskan 125.088 orang rakyat Mamasa dari keterbelakangan, keterisolasian, mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Serta memajukan pariwasata Mamasa sebagai pusat destinasi wisata di Provinsi Sulawesi Barat.
(Sumber:
https://indonesiana.tempo.co/read/37561/2015/03/06/taufikaasp/berkaca-dari-masa-lalu-memacu-mamasa-untuk-maju)
No comments:
Post a Comment
Komentar