Cari di Blog Ini

Followers

Friday, January 20, 2017

Adam Kawilarang: Catatan Kecil Tentang Sang"Pelayan Rakyat"

Baca Juga

Adam Kawilarang
Adam Kawilarang
30 Mei 2015 lalu, lakon sejarah baru kembali terukir di halaman kitab Silsilah Matra (Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat, red), beberapa situs tiba-tiba mengawan-awan. Tinasa sibuk sumringah, Desa Pajalele semarak meripah, lapangan Merdeka Pasangkayu sesak oleh kawula, dan seluruh sudut Mamuju Utara terisi barisan loreng berbaur coklat nan rapi teratur, berjaga dan menjaga Mamuju Utara sepenuh hati

30 Mei, ketika itu, Tinasa yang menjadi  tempat bercokolnya PT. TSL (Tanjung Sarana Lestari, red) mendadak sontak tersulap menjadi helipad  yang menampung pendaratan Super Puma yang memuat Presiden Republik  Indonesia, Ir. Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana beserta rombongan tepat  jam 09 pagi. Lantas seketika itu juga, RI 1 bergerak  beriring menuju Pasangkayu. "Jokowi   tibaaa" demikian teriakan histeria masyarakat di sepanjang jalan yang dilalui>dan. Akhirnya tiba di Bundaran Soekarno Hatta, Jokowi berhenti, ia rupanya didaulat meresmikan ruasan Jalan poros Trans Sulawesi yang kemudian disemati nama "Jalan Ir.Soekarno."

Bergeser dari jadwal yang seharusnya, Presiden RI akhirnya tiba di lokasi penambakan udang vannamei yang terletak di Desa Pajalele, Kecamatan Tikke Raya, dan disinilah sang Presiden mulai menoreh kenangan manis untuk kita warga Mamuju Utara.

Seperti biasa, Pak Jokowi dengan kemeja putih lengan panjang digelung sesiku melenggang cepat melintasi jembatanyan kayu beriring menuju petak empang. Saya ketika itu berada di ujung dalam sisi kanan jembatan dipematang empang. Saya terkesima dan nyaris tak percaya ketika pak Jokowi telah berada tepat dihadapanku, tetapi segera saya tersentak oleh gemuruh histeris masyarakat yang teriak "Hidup JOKOWI." Lalu dengan segenap keberanian saya menyapa beliau. "Pak Peresiden, Selamat datang," seruku agak bergetar. Di luar dugaanku beliau berbalik dan menatapku sembari mengulurkan tangan sambil senyum dan menjawab. "Terima kasih." Ya Tuhan...saya berjabat tangan dengan beliau, genggamannya erat, terasa tulus dan hangat, sungguh tiada terkira bangga dan bahagianya saya si orang kampung berjabat tangan dengan presiden, tetapi beberapa jenak kemudian beliau berlalu dan segera memenuhi agenda kunjungannya.

Ada beberapa hal menarik yg sangat sulit untuk dilupakan, misalnya ketika itu beliau ternyata  semobil dengan H. Agus Ambo Djiwa,  ibarat kakak beradik, atau ketika Jokowi menabur benih denga cara yang tak kalah dengan petambak yg sesungguhnya, dan yang paling berkesan adalah ketika beliau mendadak berbalik lepas dari apitan Gubernur, Mentri PU, Bupati Matra, Bupati Polman, lalu melangkah tanpa ragu diatas titian bambu untuk melihat dari dekat kincir air ditengah empang.

Lukman Said ketika itu refleks berseru lantang dalam Bahasa Mandar medok. "Hamma'ee, bara-baranipa dizi'e Pak Jokowi, tommuane tongan," dan semua orang berbalik melongo menyaksikan betapa Sang Presiden samasekali tak canggung mekukan hal yang seharusnya dilakukan oleh pemimpin yang dibawahnya, dan selanjutnya rakyat berjubel, berdesak dengan dada gemuruh oleh rasa bangga dan bahagia, karena secara jelas di depan mata, Sang Presiden hadir seperti sedang mewakili seluruh rakyat, dan meminta kepada pemimpin lain yang lebih rendan untuk tak ragu, apalagi malu menjadi pemimpin yang berani memenuhi janji politiknya, menjadi pemimpin yang tak memaksa untuk dilayani, menjadi pemimpin yg tak perlu dipayungi diterik mentari.

JOKOWI....JOKOWI...SEMOGA ANDA TERPILIH KEMBALI.

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.