Cari di Blog Ini

Followers

Tuesday, April 4, 2017

Waoww, Netizen Sudah Mulai Diskusikan Suksesi di Mamasa?

Baca Juga

 Ilustrasi
Ilustrasi
Mamasa – Luar  biasa memang iklim berdemokrasi di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), jauh-jauh sebelum 2018, rakyat  di negeri berhawa sejuk sudah mulai berkomentar soal suksesi. Tentu pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan digelar tahun depan.

 Adalah pemilik personal facebook (PF) Yusak Nole Lolang, Minggu (02/04/2017) mulai keluarkan statemen menyentak. Jurnalis senior dan pemilik media on line (OL) Orbit News ini tuliskan di wall-nya dengan bahasa ringan.

“Mencoba  nimbrung di suasana Pilkada Mamasa 2018. Mencermati perkembangan  terakhir,  baik di dunia nyata maupun dunia maya, hati saya tergerak untuk menyumbangkan saran dan pikiran agar tidak terkesan ndak punya sumbangsih pemikiran untuk Mamasa.”

“Terlepas dari istilah 01 atau 02 atau kosong-kosong lainnya (kayak main domino, ada lempa kosong-nya, red) saya hanya berpendapat bahwa calon pemimpin Mamasa yang akan datang adalah pemimpin yang berorientasi kepada kepentingan kesejahteraan rakyat Mamasa.”

“Karena itu penting rasanya untuk mengenal figur  yang  tengah  ramai diperbincangkan saat ini di berbagai suasana dan tempat  entah dalam suasana gembira atau sedih, suka maupun duka ataupun suasana lainnya. Banyak nama yang terang-terangan sudah disebut, digelar bak barang dagangan  yang dihelat  pada tatarannya, sehingga pembeli siap memilih sesuka hati.”

“Persoalannya adalah nama-nama  itu masih terkemas rapi meskipun ada diantaranya sudah ketahuan isinya seperti apa dan mempunyai kelebihan dan kekurangan yang pantas dijadikan acuan pemilihan bagi rakyat. Dan yang paling sering kedengaran adalah figur yang  diperkirakan banyak uang.”

“Pertanyaannya  adalah  apakah figur yang punya banyak uang itu bisa menjamin mensejahterakan rakyatnya?  Atau sesudah beli suara rakyat, rakyat  lalu dijadikan budak karena haknya terkebiri untuk mengembalikan kerugian beli suara?”

“Jujur saya tidak akan pernah menjatuhkan rasa simpatiku pada figur yang menganggap rendah hak dan martabat rakyat karena rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi didaerah ini.”

Mencermati hasil dan arah pembangunan Mamasa dari periode ke periode, saya tidak melihat adanya perobahan yg signifikan. Ini artinya uang APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, red) yang  masuk ke Mamasa dan dikelolah di Mamasa diperkirakan telah menguap kemana-mana termasuk untuk bayar utang ke donatur yang  hitungannya tidak sedikit.”

"Miliar men, miliar, banyak ya miliar itu? Sudahlah yang mau lihat perobahan mari  jatuhkan pilihan yang tepat, disinilah peranan  Partai Politik  (Parpol, red) pengusung  sangat besar untuk mengusung figur rakyat dan merakyat  bukan figur pemeras rakyat.”

“Salam penuh damai dari rakyat pencinta damai.”

Postingan Yusak Nole Lolang tersebut diserbu netizen pengguna Media Sosial (Medsos) Mamasa lainnya. Kornelius Buntukaraeng  menyoalnya dengan jenaka. “Bolehh, Maksud saya, kenapa kanda berkesimpulan begitu. Apakah boleh saya maksudkan sebagai penyemangat  buat pemerintahan sekarag untuk tetap memperbaiki kinerja kedepan.” Dijawab kemudian Yusak Nole Lolang. “Ini berangkat dari sebuah keprihatinan dinda, dengan memperhatikan kondisi akhir Mamasa menjelang  Pilkada  ini dan menyuarakan suara rakyat Mamasa yang  pernah aku temui. Rupanya  ada sesuatu yang salah harus diperbaiki d an moment  ini untuk perbaikan.” Terus mendapat dukungan dari  Demmalluru Luru. “Yayayaya, kalau ada seratus orang saja yang berpikiran demikian,  maka yakin Mamasa bisa berubah. Tetapi  saya tidak mau terulang kembali, saya ingin diposisi MENANG. Siapapun  figur.”

Setelah puluhan komentar saling memintas, berikutnya Oslan Karaeng  mulai menambahkan. “Wa wa wa. Ini mulai memanas bola bundar. Tidak ada orang, yang  sempurna pak dan setiap orang punya kelebihan masing. Untuk saat ini kita perlu melihat prestasi WTP. Kalau anda tidak melihat ini suatu prestasi,   ia anggami kami kikua attung kio pi temo. Anna denpa duka attun mu anna di ita aka mo duka mupapia. Salam to mamasa.” Lalu Kornelius Buntukaraeng berkomentar pula. “Ambo' la ku kua umbai' bercanda ki' kanda Oslan Karaeng. Sapo kuhapus sule. Heeeee.” Terus kembali Yusak Nole Lolang. “Hhhh ambai salah iya ke mukua attungki opi kami dinda. Karena kalau setiap pemerintahan dikuliu atungkiopi  berati  ada kesan pemerintahan tidak terpola jadi setiap masa setiap kali itu jga ada sistim baru pemerintahan pada masa itu.”

Diskusi medsos ini memanjang dan memintas  Arma Ar  misalnya, mulai menyindiri. “Senjata  utama atau tameng utama, madal utama org-orang yang suka berkompromi dengan hal-hal  yang belok-belok, ya, itu kita ini orang berdosa, tidak sempurna danlain lain, dengan rangkaian kata-kata yang  penuh retorika, itu tidak lain dan tidak bukan, bagaimana cara yang mengarahkan pada dirinya.” Dikomentasri Kornelius Buntukaraeng. “Kurru sumanga' pencerahan. Lalu dijawab lagi Arma Ar. “Kami ralat,  mesa kada dipotuo pantan kada dipomate, trims dan mohon maaf tulisan kami  yang salah.”

Karena sudah  mulai pedis-pedis cabe rawit diskusinya, Tinus Marsheltin menyiram air dingin. “He he...kandaku Yusak Nole Lolang,  kembali ke statement  awalnya  kanda,  mau ngusung yang merakyat dan prorakyat. Gentlemen aja,  mungkin ada figure  jagoannya kandaku, yang mana pas untuk Mamasa kedepan,  biar kami rakyat akar rumput  tidak salah pilih.” Lalu Yusak Nole Lolang Tinus Marsheltin jawab. “Biarkan proses berjalan dengan normal bung,  dan nanti  akan muncul kepermukaan figur yang saya maksudkan entah dari dalam ataukah  figur  yang baru.” Ditambahkan kemudian Darius Tarupay. “Ya kita tunggu  yang sesuai  keinginan yang bapak dambakan.” Juga Elypas Palangi  memberi dukungan. “Sepakat dinda Yusak Nole Lolang. 100% sepakat.  Termasuk kata-kata  " belum ada perubahan yg signifikan"  karena dana  yang masuk di Kabupaten Mamasa banyak  yang menguap kemana mana.”

Suara-suara rakyat di Medsos, cukup jadi pentikan penting bagi suksesi Mamasa 2018 mendatang. Setidaknya, rakyat  sudah tuliskan, apa yang mau dikatakan. Mau pahit, sedap, pedis atau sepat, suara itu adalah bagian dari demokrasi.

LS

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.