Baca Juga
Ilustrasi |
Mamasa – Luar
biasa memang iklim berdemokrasi di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat
(Sulbar), jauh-jauh sebelum 2018, rakyat
di negeri berhawa sejuk sudah mulai berkomentar soal suksesi. Tentu pada
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan digelar tahun depan.
Adalah pemilik
personal facebook (PF) Yusak
Nole Lolang, Minggu (02/04/2017) mulai keluarkan statemen menyentak.
Jurnalis senior dan pemilik media on line (OL) Orbit News ini tuliskan di
wall-nya dengan bahasa ringan.
“Mencoba
nimbrung di suasana Pilkada Mamasa 2018.
Mencermati perkembangan terakhir, baik di dunia nyata maupun dunia maya, hati
saya tergerak untuk menyumbangkan saran dan pikiran agar tidak terkesan ndak
punya sumbangsih pemikiran untuk Mamasa.”
“Terlepas dari istilah 01 atau 02 atau kosong-kosong
lainnya (kayak main domino, ada lempa kosong-nya, red) saya hanya berpendapat
bahwa calon pemimpin Mamasa yang akan datang adalah pemimpin yang berorientasi
kepada kepentingan kesejahteraan rakyat Mamasa.”
“Karena itu penting rasanya untuk mengenal figur
yang tengah ramai
diperbincangkan saat ini di berbagai suasana dan tempat entah dalam suasana gembira atau sedih, suka
maupun duka ataupun suasana lainnya. Banyak nama yang terang-terangan sudah
disebut, digelar bak barang dagangan yang
dihelat pada tatarannya, sehingga
pembeli siap memilih sesuka hati.”
“Persoalannya
adalah nama-nama itu masih terkemas rapi
meskipun ada diantaranya sudah ketahuan isinya seperti apa dan mempunyai
kelebihan dan kekurangan yang pantas dijadikan acuan pemilihan bagi rakyat. Dan
yang paling sering kedengaran adalah figur yang diperkirakan banyak uang.”
“Pertanyaannya
adalah apakah figur yang punya banyak uang itu bisa
menjamin mensejahterakan rakyatnya? Atau
sesudah beli suara rakyat, rakyat lalu
dijadikan budak karena haknya terkebiri untuk mengembalikan kerugian beli
suara?”
“Jujur
saya tidak akan pernah menjatuhkan rasa simpatiku pada figur yang menganggap
rendah hak dan martabat rakyat karena rakyat adalah pemegang kedaulatan
tertinggi didaerah ini.”
Mencermati
hasil dan arah pembangunan Mamasa dari periode ke periode, saya tidak melihat
adanya perobahan yg signifikan. Ini artinya uang APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, red) yang masuk ke
Mamasa dan dikelolah di Mamasa diperkirakan telah menguap kemana-mana termasuk
untuk bayar utang ke donatur yang hitungannya
tidak sedikit.”
"Miliar men, miliar, banyak ya miliar itu? Sudahlah
yang mau lihat perobahan mari jatuhkan
pilihan yang tepat, disinilah peranan Partai
Politik (Parpol, red) pengusung sangat besar untuk mengusung figur rakyat dan
merakyat bukan figur pemeras rakyat.”
“Salam
penuh damai dari rakyat pencinta damai.”
Postingan Yusak Nole Lolang
tersebut diserbu netizen pengguna Media Sosial (Medsos) Mamasa lainnya. Kornelius Buntukaraeng menyoalnya dengan jenaka. “Bolehh, Maksud
saya, kenapa kanda berkesimpulan begitu. Apakah boleh saya maksudkan sebagai
penyemangat buat pemerintahan sekarag
untuk tetap memperbaiki kinerja kedepan.” Dijawab kemudian Yusak Nole Lolang.
“Ini berangkat dari sebuah keprihatinan dinda, dengan memperhatikan kondisi
akhir Mamasa menjelang Pilkada ini dan menyuarakan suara rakyat Mamasa yang pernah aku temui. Rupanya ada sesuatu yang salah harus diperbaiki d an
moment ini untuk perbaikan.” Terus
mendapat dukungan dari Demmalluru Luru. “Yayayaya,
kalau ada seratus orang saja yang berpikiran demikian, maka yakin Mamasa bisa berubah. Tetapi saya tidak mau terulang kembali, saya ingin
diposisi MENANG. Siapapun figur.”
Setelah puluhan komentar saling memintas, berikutnya Oslan Karaeng mulai menambahkan. “Wa wa wa. Ini mulai memanas bola
bundar. Tidak ada orang, yang sempurna pak dan setiap orang punya kelebihan
masing. Untuk saat ini kita perlu melihat prestasi WTP. Kalau anda tidak
melihat ini suatu prestasi, ia
anggami kami kikua attung kio pi temo. Anna denpa duka attun mu anna di ita aka
mo duka mupapia. Salam to mamasa.” Lalu Kornelius Buntukaraeng berkomentar pula. “Ambo' la ku kua umbai' bercanda ki' kanda Oslan
Karaeng. Sapo kuhapus sule. Heeeee.”
Terus kembali Yusak
Nole Lolang. “Hhhh ambai salah iya ke
mukua attungki opi kami dinda. Karena kalau setiap pemerintahan dikuliu
atungkiopi berati ada kesan pemerintahan tidak terpola jadi
setiap masa setiap kali itu jga ada sistim baru pemerintahan pada masa itu.”
Diskusi medsos ini memanjang dan memintas Arma
Ar misalnya, mulai menyindiri. “Senjata
utama atau tameng utama, madal utama org-orang
yang suka berkompromi dengan hal-hal yang belok-belok, ya, itu kita ini orang
berdosa, tidak sempurna danlain lain, dengan rangkaian kata-kata yang penuh retorika, itu tidak lain dan tidak
bukan, bagaimana cara yang mengarahkan pada dirinya.” Dikomentasri Kornelius Buntukaraeng. “Kurru sumanga' pencerahan. Lalu dijawab
lagi Arma
Ar. “Kami ralat, mesa kada dipotuo pantan kada dipomate,
trims dan mohon maaf tulisan kami yang
salah.”
Karena sudah mulai
pedis-pedis cabe rawit diskusinya, Tinus Marsheltin
menyiram air dingin. “He he...kandaku Yusak
Nole Lolang, kembali ke statement awalnya kanda, mau ngusung yang merakyat dan prorakyat. Gentlemen
aja, mungkin ada figure jagoannya kandaku, yang mana pas untuk Mamasa kedepan, biar kami rakyat akar rumput tidak salah pilih.” Lalu Yusak Nole Lolang
Tinus Marsheltin jawab. “Biarkan proses berjalan dengan
normal bung, dan nanti akan muncul kepermukaan figur yang saya
maksudkan entah dari dalam ataukah figur
yang baru.” Ditambahkan kemudian Darius Tarupay. “Ya
kita tunggu yang sesuai keinginan yang bapak dambakan.” Juga Elypas Palangi memberi dukungan. “Sepakat dinda Yusak Nole
Lolang. 100% sepakat. Termasuk kata-kata
" belum ada perubahan yg
signifikan" karena dana yang masuk di Kabupaten Mamasa banyak yang menguap kemana mana.”
Suara-suara rakyat di Medsos, cukup jadi pentikan penting
bagi suksesi Mamasa 2018 mendatang. Setidaknya, rakyat sudah tuliskan, apa yang mau dikatakan. Mau
pahit, sedap, pedis atau sepat, suara itu adalah bagian dari demokrasi.
LS
No comments:
Post a Comment
Komentar