Baca Juga
Seminar Etnofarmasi di Pasangkayu |
Pasangkayu –
Kabupaten Mamuju Utara (Pasangkayu), Sulawesi Barat (Sulbar), adalah
kabupaten dengan morfologi alam yang
terdiri dari dataran rendah yang beriklim tropis, memiliki keragaman flora yang
berpotensi menjadi obat-obatan. Serta didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
dari percampuran 14 etnis dari berbagai belahan nusantara.
Dalam Seminar Awal Kajian Etnofarmasi Suku Mandar di
Kabupaten Mamuju Utara di Aula Hotel Multazam, Pasangkayu, yang juga adalah kajian
akademik, Ika Handani, SP, Kepala Bidang Litbang, Bappeda Litbang Mamuju Utara,
mulai diungkap bahwa memang sangat urgen
mengidentifikasi obat-obatan tradisional. Hal tersebut demi member legalitas
dan hak paten dan dapat diterima di pasaran dan publik.
Dalam sambutan tertulisnya, Kepala Bappeda dan Litmabang,
Mamuju Utara, Firman, S.PI, MP, sampaikan urgensi Etnofarmasi di daerah ini.
Sebab dalam 9 agenda pembangunan daerah yang disebut “Nawa Jiwa,” salah satunya
adalah peningkatan kesehatan berkualitas. Untuk mancapai hal tersebut, kajian
etnofarma sangan mendukung.
“Pada salah satu agenda kerja Kementerian Kesehatan RI,
tersebut “Ristoja” (Riset Tumbuhan Obat dan Jamu), adalah upaya dasar
menyediakan data dasar (Baseline Data)
etnomedisin.”
Begitu dalam sambutan tertulis Kepala Bappeda dan Litbang
Matra. Selanjutnya diungkapkan pula, bahwa langka awal yang sangat mendukung untuk menggali
pengetahuan suku local terhadap resep tradisional, yaitu dengan pendekatan
secara alamiah atau Etnofarmasi seperti
yang telah dilakukan pada Suku Mama di Kecamatan Wakarumba, Kabupaten Muna,
Sulawesi Tenggara dan suku local di Pegunungan Gede, Ponorogo.
(Kontribusi
R. Adding Marulu/LS)
No comments:
Post a Comment
Komentar