Cari di Blog Ini

Followers

Friday, September 28, 2018

Angkat Sauh di Perindo, Berlabuh di Dapil 4 BABULA

Baca Juga


Adam Kawilarang
Adam Kawilarang
SORE ceria, ketika itu saya sedang berkendara perlahan disebuah gang kumuh tak terurus. Beberapa kali kepala saya terangguk kasar akibat lubang dan onggokan batu terinjak ban motor bututku, Bahkan ketika mendekati sebuah bangunan besar yang belum jadi helmku sempat terpental dan memaksaku menghentikan motor, Tak nyana, ternyata itulah momentum yang mempertemukan saya dengan salah seorang sahabat terbaikku yang sungguh telah kucari berbilang tahun,

Dulu dia aku selalu sapa dengan nama samaran Adam Kawilarang. Singkat kata, aku menghambur mendekatinya da segera menyapa namanya dengan sumringah.

Saya : Assalamu alaikum Daeng, sontak Pak Adam berbalik dan kontan balas terika sambil berdiri bergegas dari amben teras tempat ia duduk, menghambur pula dan “bug”. Berpelukan kencang,  aku merengkuh tubuh sahabatku itu. Beberapa kejap kami berpelukan dan setelah lerai, nyata terlihat butiran bening di sudut matanya…

“Wa Alaikumussalam.  Andikku, balasnya kemudian sembari menuntunku menuju rumahnya .

Saya (penulis):  Alhamdulillah Daeng, kita ketemu kembali setelah nyaris 12 tahun terpisah.”

Adam Kawilarang : Iyye andi, sejak saya tinggalkan Polman, saya menetap disini, negri damai ini membuatku jarang memupuk bakat avonturirku seperti dulu.

Kemudian kami mulai terlibat merambah kenangan, menelisik momentum terbaik dalam persahabatan dan keterikatannkami dahulu sebagai pekerja jurnalistik, hingga pada titik tertentu saya  mempertanyakan bendera Partai Perindo yang menempel di dinding rumah kostnya.

Saya ( penulis ):  Sekarang Daeng berpartai, tanyaku mulai masygul.

Adam : Panjang ceritanya andi, kenapa sampai saya mencebur lebur kedalam partai Perindo dan bahkan disodor sebai Caleg.

Adam  menghela nafas panjang sejenak, lalu menekur seolah mengorek sesuatu di nuraninya.

Saya :  Itu artinya saya saat ini telah kehilangan seorang pendekar  jurnalistik daeng, sekaligus pula daeng akan segera bertarung dalam peradaban politik yg buas nan ganas,  sergahku. Toch memang sayalah yang kembali merasa akan sangat berjarak dengan beliau yang bukan saja sahabatku, bahkan beliau telah kunobatkan sebagai saudara sekaligus guru di dunia jurnalistik yang kugeluti.

Adam : Tidak sama sekali,  tidak seperti itu dik, saya ini tetap seteguh dahulu, belum terbeli sedikitpun idealisme yang dulu kita bangun berdarah-darah.
Matanya berkaca-kaca saat ia memungkas kalimatnya.

Saya (penulis): Sejatinya daeng,  tentu tahu bahwa yang namanya  kontestasi politik itu perlu  coast. Bahkan untuk sukses mesti bergelimang sungguh-sungguh dengan money politic atau sogok.

Adam :  Insya Allah tidak dik, sejauh ini saya yakin bahwa mereka memintaku maju mewakilinya di daerah pemilihan 4 karena mereka memiliki kesadaran yang tinggi tentang bahaya money politic.

Tuturnya dengan mimik serius,dan seingatku tampilannwajah seperti ini pernah saya lihat ketika ia mempertaruhkan nyawa untuk kepentingan masyarakat SP V Sarudu,atau warga Dusun Majene.

Saya :  Maaf  daeng, karena saya bertanya soal itu.

Adam:   Ach sudahlah dik, semua akan baik-baik saja, jika kelak akhirnya rakyat memilihku, semoga bukanlah karena money politic atau karena urusan masa lalu yang adik sitir tadi. Saya berharap,  kiranya masyarakat memilihku tersebab kebutuhan dan keyakinannya bahwa mereka memilih orang yang tepat untuk membela dan mengantar kebutuhan dan hak dasarnya kehadapan keluarga mereka, di dalam lingkungan mereka, ke dalam rumah tangga mereka.

Sayapun terdiam beberapa jenak,lalu menyeruput kopi panas bikinan nyonya rumah (Istri pak Adam atau SUAMIN RAHIM KARAENG SITABA ) lantas melanjutkan obrolan rindu kami hingga akhirnya saya pamit .

Dalam hati kecilku sungguh saya berharap, kiranya orang baik sepertinyalah yang dipilih rakyat, biarlah dunia menabuhkan genderang politik uang, namun saya percaya ia mampu tundukkan denga beragam siasat dan kehandalannya, seperti dulu saat ia membebaskan Desa Sipakainga.
(penulis: sastrawan patahpena)

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.