Baca Juga
AKP Syamsuriansah, SE |
Mamasa - Ambrolnya talud pada proyek Pengendalian Banjir dan Normalisasi
Sungai Mamasa pada sejumlah titik, Jumat
(12/02/2016). Selain resahkan masyarakat seputaran bantaran Sungai Mamasa, juga
direspon oleh Kepolisian Resort (Polres) Mamasa. Ditengarai ada yang tidak
benar pada proyek milyaran rupiah
tersebut.
Proyek Pengendalian dan
Normalisasi Sungai Mamasa dari Balai
Wilayah Sungai Sulawesi (BWS) III, Satker Non-Vertikal Tertentu (SNVT) Kaluku-Karama,
Sulbar tersebut dikerjakan oleh dua
kontraktor nasional, PT Andyna Putri Pratama dengan anggaran
proyek dalam rupiah murni Rp 14,893,540,000 dan PT Putra Mayapada nilai kontrak
Rp 34,783,439,000. Itu berlokasi di Rante Tolampa Desa Rabusaratu, Kecamatan
Mamasa.
Menurut Kepala Satuan
(Kasat) Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Mamasa, Ajun Komisaris Polisi (AKP),
Syamsuriansah, SE, bahwa pekerjaan penanggulangan banjir itu dari awal sudah
terindikasi adanya pelanggaran.
“Kami pernah mengundang pihak pelaksana untuk klarifikasi karena terindikasi menggunakan
solar (BBM, red) ilegal. Sejatinya, kegiatan
itu harus menggunakan BBM industri. Tapi tidak pernah digubris padahal itu
adalah pelanggaran,” kata Syamsuriansah.
Karena itu menjadi catatan
pihak Polres. Kemudian setelah talud pengendali banjir tersebut roboh Syamsuriansah semuanya akan
terbuka lebar. Semua borok dan hal-hal yang tidak beres pada proyek tersebut
akan keliatan.
Syamsuriansah paparkan lebih
lanjut, pihak Polres juga sudah menilik adanya
ketidakbenaran dalam situasi fisik talud. Dimana pihak pelaksana
menggunakan material ilegal yang diambil dari sungai seperti batu-batu kali,
krikil dan pasir. Itu semua tidak semua dengan Rencana Asli Bangunan (RAB).
Salah satu titik jebol talud proyek Pengendalian dan Normalisasi Sungai Mamasa |
“Ketika mengambil material
dari sungai secara cuma-cuma itu kan pencurian, “ seru Syamsuriansah.
Dikatakannya pula oleh
Syamsuriansah, bahwa pihak pelaksana tidak
boleh secara enteng katakan kalau jebolnya talud tersebut karena faktor alam semata. Lalu kemudian
menjadikan sebagai kondisi porce mojore.
“Tunggu dulu, yang hancur
itu adalah talud-talud itu saja, karena
memang rapuh dan tidak tahan terhadap sungai. Makanya perlu diteliti lebih
lanjut kenapa begitu. Pasti ada yang salah dan tidak beres,” tambahnya.
Meskipun tidak terburu-buru
untuk mengatakan kalau Polres sudah lakukan penyelidikan atas pekerjaan dari balai sungai tersebut. Namun Polres
attensikan, sebab hampir nyata, ada yang tidak beres dalam pekerjaan tersebut.
(LS)
No comments:
Post a Comment
Komentar