Baca Juga
Ilustrasi (dok: LS) |
Sejarah pembentukan
Kabupaten Mamasa, ibaratnya daun-daun berhamburan dengan banyak bentuk dan
versi. Ini tentunya membuat generasi penerus di daerah quarles Pulau Sulawesi
ini tidak bisa menentukan, mana sejarah, mana fakta dari jejak-jejak perjuangan
tersebut. Karena itu, Frans Kila’ dengan kesabaran dan ketekunan sebagai bagian
dari pelaku pembentukan kabupaten yang berhawa dingin mencoba merunut
pengalaman dan romantika dari sejarah pendahulu Mamasa ini.
Meskipun buku yang
ditulis oleh Kepala Badan PP dan KB Kabupaten Mamasa ini keliatan tidak terlalu
panjang, namun cukup berotot dan padat, hingga bisa menjadi referenasi yang
meyakinkan. Seperti apa sebenarnya sejarah perjuangan pembentukan Kabupaten
Mamasa. Sebab ia menuliskannya tanpa bias, tanpa unsur politik dan tanpa
pamrih. Melainkan hanya satu perinsip, “jangan salah baca sejarah.”
Dalam buku yang
belum terpublish secara meluas ini, Frans Kila’ menuliskan sejarah mempentukan
Kabupaten Mamasa dengan pledoi yang terdiri dari empat kurun waktu yang menggambarkan
sejarah singkat Mamasa. Mulai dari zaman leluhur, zaman penjajahan Belanda,
zaman penjajahan Jepang, dan zaman kemerdekaan Republik Idonesia.
Selanjutnya, Frans
Kila’, S.Pd. MH, yang lahir di Parak, Orobua pada tanggal 18 Januari 1962 ini menuliskan
sejarah pembentukan Kabupaten Mamasa yang sesunggunhya dengan membaginya dalam
kurun waktu antara tahun 1958 hingga tahun 2002, itu kemudian dirangkainya
dalam fase-fase perjuangan tahan I (tahun 1958), perjuangan tahap II (1961),
perjuangan tahap III (1966), perjuangan tahap IV (tahun 1987), perjuangan tahap
V (tahun 1989), dan perjuangan tahap VI (tahun 1999) hingga pada tahun 2002,
Mamasa terbentuk menjadi daerah yang otonom.
Pada akhir-akhir
bukunya tersebut, Frans Kila’ yang menikah dengan Helda Demmattayan anak
ke-5 Bapak D. Demmattayan, salah seorang
tokoh penting dalam pembentukan Kabupaten Mamasa, menuliskan bahwa hal
mendorong terbentuknya kabupaten yang menjadi destinasi wisata utama di
Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) ini adalah kebupatan tekad dari semua komponen
pejuang pembentukan dan masyarakat Mamasa dengan ikrar.
Angganna
Saregantingan Pura Lessu’na Ladi Paippinni Batu Mabanda’ Ladi Tambunni Tappian
Bosi, Lataolanna Ma’siruk Pole, Ma’kandean Pole , Ma’bayu Pole, Ma’dodo Pole
Anta Sumule Masero Pindan Muanna Pebajoang .
Makale’
Dua Bongi, Kedenni Laumbendan Bitti’ Umbussu’ Siku Lama’menna Kumua Battu
Laumpamea Tutungan Su’be Laundaka’ Pa’pasonga - songa illalan Lembana Pitu
Ulunna Salu (Eks Kewedanaan mamasa)
Situru’ Kada Tomatua ‘LANA AMMA’ IA RAKKANA LITA’.
Frans Kila’ juga munguaraikan dalam bukunya bahwa perjuangan
masyarakat eks Kewedanaan Mamasa pada tahun 1999 tersebut, pada akhirnya
berhasil, itu tidak terlepas dari dukungan sosok figur H. Anwar Adnan Saleh
bersama Ketua Panitia Pesta Rakyat terbentuknya Kabupaten Mamasa Drs.Benyamin
YD. M.Pd, Kerukunan Sanda Mamase di Jakarta, Sub Panitia Ujung Pandang, Sub
Panitia Polewali, Sub Panitia Majene, Sub Panitia Pare – Pare, Sub Panitia
Pinrang, Sub Panitia Mamuju, Sub Panitia Mambi, Sub Panitia Pana’, Sub Panitia
Sumarorong, Sub Panitia Mamasa dan
masyarakat Mamasa lain yang tidak sempat kami sebut namanya satu persatu
sebagai penyumbang dana atau donatur dalam Perjuangan Pembentukan Kabupaten
Mamasa yang tentu memegang peranan yang sangat penting dalam perjuangan.
Buku sejarah
pembentukan Kabupaten Mamasa yang disusun Frans Kila’ tersebut diberi kata
pengantar oleh Bupati Mamasa, H Ramlan Badawi, Wakil Bupati Victor Paotonan
yang keduanya adalah tokoh pembentukan Mamasa serta, kata pengantar dari
Benyamin YD, Sekretaris Kabupaten Mamasa dan Muhammadiyah Mansyur, Ketua DPRD
Mamasa.
Frans Kila' S.Pd, MH |
LS
No comments:
Post a Comment
Komentar