Cari di Blog Ini

Followers

Friday, March 4, 2016

Frans Kila’ Tuliskan Sejaran Pembentukan Mamasa Tanpa Bias?

Baca Juga

Ilustrasi     (dok: LS)
Sejarah pembentukan Kabupaten Mamasa, ibaratnya daun-daun berhamburan dengan banyak bentuk dan versi. Ini tentunya membuat generasi penerus di daerah quarles Pulau Sulawesi ini tidak bisa menentukan, mana sejarah, mana fakta dari jejak-jejak perjuangan tersebut. Karena itu, Frans Kila’ dengan kesabaran dan ketekunan sebagai bagian dari pelaku pembentukan kabupaten yang berhawa dingin mencoba merunut pengalaman dan romantika dari sejarah pendahulu Mamasa ini.

Meskipun buku yang ditulis oleh Kepala Badan PP dan KB Kabupaten Mamasa ini keliatan tidak terlalu panjang, namun cukup berotot dan padat, hingga bisa menjadi referenasi yang meyakinkan. Seperti apa sebenarnya sejarah perjuangan pembentukan Kabupaten Mamasa. Sebab ia menuliskannya tanpa bias, tanpa unsur politik dan tanpa pamrih. Melainkan hanya satu perinsip, “jangan salah baca sejarah.” 

Dalam buku yang belum terpublish secara meluas ini, Frans Kila’ menuliskan sejarah mempentukan Kabupaten Mamasa dengan pledoi yang terdiri dari empat kurun waktu yang menggambarkan sejarah singkat Mamasa. Mulai dari zaman leluhur, zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang, dan zaman kemerdekaan Republik Idonesia.

Selanjutnya, Frans Kila’, S.Pd. MH, yang lahir di Parak,  Orobua  pada tanggal 18 Januari 1962 ini menuliskan sejarah pembentukan Kabupaten Mamasa yang sesunggunhya dengan membaginya dalam kurun waktu antara tahun 1958 hingga tahun 2002, itu kemudian dirangkainya dalam fase-fase perjuangan tahan I (tahun 1958), perjuangan tahap II (1961), perjuangan tahap III (1966), perjuangan tahap IV (tahun 1987), perjuangan tahap V (tahun 1989), dan perjuangan tahap VI (tahun 1999) hingga pada tahun 2002, Mamasa terbentuk menjadi daerah yang otonom.

Pada akhir-akhir bukunya tersebut, Frans Kila’ yang menikah dengan Helda Demmattayan anak ke-5  Bapak D. Demmattayan, salah seorang tokoh penting dalam pembentukan Kabupaten Mamasa, menuliskan bahwa hal mendorong terbentuknya kabupaten yang menjadi destinasi wisata utama di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) ini adalah kebupatan tekad dari semua komponen pejuang pembentukan dan masyarakat Mamasa dengan ikrar.

Angganna Saregantingan Pura Lessu’na Ladi Paippinni Batu Mabanda’ Ladi Tambunni Tappian Bosi, Lataolanna Ma’siruk Pole, Ma’kandean Pole , Ma’bayu Pole, Ma’dodo Pole Anta Sumule Masero Pindan Muanna Pebajoang .
Makale’ Dua Bongi, Kedenni Laumbendan Bitti’ Umbussu’ Siku Lama’menna Kumua Battu Laumpamea Tutungan Su’be Laundaka’ Pa’pasonga - songa illalan Lembana Pitu Ulunna Salu (Eks Kewedanaan mamasa)  Situru’ Kada Tomatua ‘LANA AMMA’ IA RAKKANA LITA’.

Frans Kila’  juga munguaraikan dalam bukunya bahwa perjuangan masyarakat eks Kewedanaan Mamasa pada tahun 1999 tersebut, pada akhirnya berhasil, itu tidak terlepas dari dukungan sosok figur H. Anwar Adnan Saleh bersama Ketua Panitia Pesta Rakyat terbentuknya Kabupaten Mamasa Drs.Benyamin YD. M.Pd, Kerukunan Sanda Mamase di Jakarta, Sub Panitia Ujung Pandang, Sub Panitia Polewali, Sub Panitia Majene, Sub Panitia Pare – Pare, Sub Panitia Pinrang, Sub Panitia Mamuju, Sub Panitia Mambi, Sub Panitia Pana’, Sub Panitia Sumarorong, Sub Panitia Mamasa  dan masyarakat Mamasa lain yang tidak sempat kami sebut namanya satu persatu sebagai penyumbang dana atau donatur dalam Perjuangan Pembentukan Kabupaten Mamasa yang tentu memegang peranan yang sangat penting dalam perjuangan.


Frans Kila' S.Pd, MH
Buku sejarah pembentukan Kabupaten Mamasa yang disusun Frans Kila’ tersebut diberi kata pengantar oleh Bupati Mamasa, H Ramlan Badawi, Wakil Bupati Victor Paotonan yang keduanya adalah tokoh pembentukan Mamasa serta, kata pengantar dari Benyamin YD, Sekretaris Kabupaten Mamasa dan Muhammadiyah Mansyur, Ketua DPRD Mamasa.

LS


No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.