Baca Juga
Andi Waris Tala |
Mamasa – Di tengah bencana longsor yang
mengguncang Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar), Ketua Aliansi Wartawan
Mamasa (Alwama), Andi Waris Tala, Jumat (06/05/2016) lakukan kritik sambalado terhadap target rekor Musium Rekor Indonesia
(Muri) dari perhelatan wisata Mambulillin Mountain Festival (MMF) untuk 7777
pemusik bambu. Menurut wartawan salah satu harian ternama di Sulbar ini, MMF
adalah sebuah pemborosan di tengah keperihatinan yang melanda Mamasa.
“Rekor Muri hanya
kedok untuk menguras uang Rakyat. Selain itu panitia tidak Mampu mencari dana, sehingga para Camat “diperas” APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, red) pun
dijadikan sponsor. Rekor Muri tidak ada gunanya. Bayangkan 17 Camat , masing-masing
diminta membawa peserta sebanyak 452 orang. Jika 452 orang masing-masing
dibiayai 350 ribu/orang. Maka Camat harus kekuarkan dana sebesar 158 juta. Jika
17 kecamatan, akumulasinya Rp 2. 686 Milyar,” papar Waris.
Karena itu, Waris
harapkan semua pihak untuk bersama-sama
mengawasi seluruh Camat jagan sampai mengajak para kepala desa menggunakan Anggaran
Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DDes). Selain itu, ia juga harapkan untuk kawal
anggaran prubahan 2016 nanti, karena disinyalir dana yang akan digunakan para Camat
dipaksakan masuk di APBD Perubahan nantinya.
Logo MMF |
Waris kemudian
memaparkan, hal paling mengherankan, karena anggaran ratusan juta rupiah pada DPA Pariwisata untuk kegiatan ini tidak pernah
diusulkan di Musrenbang, baik itu musrenbang desa, kecamatan maupun kabupaten. Menurutnya,
ini sebuah planggaran yang fatal. Karena itu, ia menduga ada mafia anggaran yang
menggunakan kekuasaan menitip program yang sifatnya dipaksakan.
“Untuk rekor Muri, saya katakan kemungkinan besar gagal. Iya, aromah
politiknya sangat jelas, ada korelasi antara si pemberi kebijakan, dinas terkait
dan Panitia MMF sangat jelas. Jika diterawang dengan benar, kegiatan ini
sifatnya semi promosi dan pokitik,” tambahnya.
Dipaparkannya lebih
lanjut, ada 3 sisi kurang menguntungkan dibalik kegiatan ini. Pertama, jika MMF ini slesai dengan anggaran milyaran
rupiah, maka di situ “hening cipta” juga
selesai. Dua, jika Camat dan para Kepala Desa menggunakan dananya untuk MMF, ini juga
berbahaya di rana hukum, karena tadak
ter- -cover di RKA dan DPA. Ketiga, ketika
MMF sukses, ada yang populeritasnya
melejit, ada pula yang tersungkur dua
kali.
Ketua Alawama ini
juga sangat menyayangkan, bahwa yayasan
yang mengelola kegiatan ini tidak profesional. Tiba masa tiba akal, sehingga
sangat kecil kemungkinan rekor Muri dapat digapai. Panitia berpotensi merekayasa jumlah peserta yang
jumlahnya 7777 orang. Itu menurut Waris, indikatornya sangat jelas. Karena dana
yang digunakan untuk kegiatan ini belum jelas, jecuali yang bersumber dari APBD. Ia juga
sangat meragukan, darimana pemusik bambu sebanyak itu dalam kurun waktu lima
bulan. Karena latihannya juga belum jelas, dimana dan teknisnya seperti apa.
LS
No comments:
Post a Comment
Komentar