Baca Juga
Ambo Angka sedang berkreasi (foto: Agoeezt Relazt) |
Mamuju Utara – Satu sentakan
informasi mencuit hati (Bahasa Melayu Kuno, menarik, red) di
media sosial (Medsos) ketika fesbuker
Agoeezt Relazt , Jumat (29/07/2016) men-post-ing dua lembar foto yang menjadi imbuhan komentarnya. “Pelukis jalanan, Ambo Angka.” Terus direspon oleh Bidan Fitri Matra. “Kreen.”
Disambung Sunardi Coy.
“Hebat.”
Ya, memang kreen dan hebatlah, seniman Ambo Angka.
Dengan segalah kesahajaan, ia telah menggeluti dunia seni dari berbagai dimensi. Referensi lenterasulawesi cukup adalah untuk menjelaskan lelaki lajang ini. Karena
selain sebagai pelukis realis, ia juga adalah penyair dimana sumur kosa kata sastra yang dimilikinya
tak pernah kering.
“ . .
. Pasangkayu, banyak rawanya
di atas
rawa banyak buaya.”
. . . . Buaya rawa aku tak gentar
Buaya darat,
minta pertolongan . . .”
Itulah petikan puisi Ambo yang cukup dihafal oleh rekan-rekan sejawatnya
dari kalangan jurnalis dan praktisi
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Karena
memang ia multi talenta, sekali waktu
adalah jurnalis yang ulet, atau menjelma jadi LMSmer
yang piawai berorasi membela hak-hak rakyat.
Ketika “Jaman Batu” – musim batu
permata di tahun 2014 dan 2015, Ambo adalah pengrajin batu permata. Gosokan-gosokan batu permatanya paling banyak menghiasi
jari manis wartawan. Karena memang murah,
gratis tis tis tis dari Ambo.
Ambo punya cerita unik di “jaman
batu” katanya, ia bisa berjam-jam
menelusuri Sungai Bambanglamotu dengan bertelanjang
kaki. Untuk mencari bahan baku gosokan permata.
Sampai orang-orang yang melihat mengira Ambo sudah “tidak sehat” – bahasa setempat untuk menyatakan
gila.
“Tetapi justru sebaliknya,
saya ini mencari sehat dengan membiarkan
kaki saya menyentuh batu-batu sungai itu. Semacam refleksilah,” kata Ambo
ketika itu.
Kesenimanan seorang Ambo
Angka, membuat dirinya cukup dikenal di Mamuju Utara. Sehar-harinya ia bisa
berkreasi dalam dunia lukis, syair dan
meramu batu permata. Ia tidak komersil, cenderung apa adanya, demi menikmat
dunia yang dicintainya itu.
Ciri khas Ambo
yang cenderung apa adanya membuat ia begitu mudahh dikenal dan
dicintai rekan-rekannyadari para jurnalis dan LSM. Oleh masyarakat sekitarnya,
ia cukup populer. Bahkan oleh anak-anak ia gampang disapa saat duduk-duduk
memancing di Dermaga Tanjung Bakau milik PT Tanjung Sarana Lestari (TSL).
Dengan ciri dan kesehajaan
sebagai seniman, Ambo adalah satu dari sekian sosok seniman yang kita miliki. Respon dan
bravo untuknya perlu diberikan. Kecuali kalo hati
sudah gersan, seni tidaklah utuh untuk menyegarkan rasa.
LS
No comments:
Post a Comment
Komentar