Cari di Blog Ini

Followers

Thursday, September 29, 2016

Kreen Atau Tidak, Bahasa “Kompor” di Medsos Jelang Pilgub Sulbar 2017?

Baca Juga

Ilustrasi   (foto: int/LS)
Ilustrasi   (foto: int/LS)
Pilgub Sulbar -  Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi  Barat (Sulbar), Februari 2017 mendatang, membuat simpatisan calon-salon gubernur/wakil gebernur  (Cagub/Cawagub) semakin kreatif menggunakan bahasa-bahasa “kompor” (baca:  bahasa saling memanas-manasi) di media sosial (Medsos), khususnya facebook (fesbuk) serta media media-media massa on line (OL).

Site ini memulung dua momen unik soal bahasa “kompor.”  Pertama, lewat sebuah media OL, seseorang yang menyebut  dirinya ketua pemuda membuat pernyataan menarik. Pemuda tersebut akan berguru politik kepada kambing bila pasangan Cagub/Cawagub dukungannya  kalah dalam Pilgub Sulbar.  

Sebagai bahasa “kompor” lontaran  kata-kata sang pemuda sungguh kreatif dan menarik. Karena bukan tidak mungkin ada saja pakar politik yang bernama Profesor Dr Kambing,Phd,  atau kalo dibahasa lokalkan  Profesor Dr Beke, Phd. Entah orang itu ada di belahan dunia mana.

Dus, di Kabupaten Mamuju Utara (Matra), seorang legislator lewat akun personal  facebook (PF) nyatakan bersedia  gantung  diri di Bundaran Smart  (sebuah public  space  ikon Matra) bilan pasangan Cagub/Cawagub idolanya kalah. Namun tidak dirincikan, apakah gantung diri sampai nyawanya melayang, atau sekedar gantung-gantung saja.

Pernyataan legislator dan juga fungsionaris partai pendukung salah satu Cagub/Cawagub  tersebut, serupa dan seirama dengan pemuda yang mencari  Profesor Beke. Artinya, nuansa  Pilgub  membuat  bahasa tidak terkontrol, cenderung  menjadi  unstatelanguage --  bahasa-bahasa  tidak bernegara. Bahasa  yang unik dan ke-beke-beke-an.

Bahasa-bahasa “kompor” dan ke-beke-an di Medsos  itu, walaupun bagian dari pernik-pernik demokrasi  jelang Pilgub Sulbar.  Tentu masyarakat   juga  sudah  paham, mana pernyataan resmi dari pasangan Cagub/Cawagub tersebut. Bahkan pernyataan “kompor”  dan ke-beke-an  dari  orang-orang kreatif dan unik, bisa dianggap “penyusup” untuk melemahkan pasangan yang disebut-sebutnya. Bukankan pujian atau dukungan yang berlebihan dan tidak rasional adalah penghinaan terselubung.

Jangan dikira masyarakat Sulbar  tidak paham bahasa dan tidak tahu yang mana tim resmi dari pasangan Cagub/Cawagub. Melalui referensi dan bacaan mereka di media cetak, elektronik, media OL dan Medsos lainnya, mereka sudah tahun bahwa, pasangan Ali Baal Masdar (ABM) dan Enny Anggraeni Anwar, Ketua Tim Pemenangan,  H Agus Ambo Djiwa, pasangan Suhardi Duka (SDK) dan Kalma Katta (SDK-Kalma), Ketua Tim Pemenangan,  Arsal Aras Tammauni, Sedangkan pasangan Salim S Mengga-Hasanuddin Mas'ud (JSM-Hamas), Ketua Tim Pemenangan,   H Hamzah Hapati Hasan.

Ketua-ketua tim pemenangan dari masin-masing Cagub/Cawagub adalah tokoh-tokoh partai  yang utama di Sulbar. Ketua Tim pemenangan ABM- Enny, sehari-harinya adalah Bupati  Matra, Ketua Tim pemenangan SDK – Kalma adalah juga Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Mamuju Tengah (Mateng) sedangkan  Ketua Tim Pemenangan JSM – Hamas adalah  H Hamzah Hapati  Hasan yang juga Wakil Katua DPRD Sulbar. Mereka-mereka ini adalah politisi-politisi senior  layak dipercaya  masyarakat  karena tidak asal bunyi dengan bahasa-bahasa “kompor” yang ke-beke-beke-an.
LS

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.