Baca Juga
Suriani Dellumaja (foto: Fb) |
Suriani
yang ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (18/02/2017) paparkan lebih lanjut bahwa sosialisasi ajakan untuk berpartisipasi
dalam Pilkada Sulbar telah dilakukan oleh
pihaknya melalui beberapa kanal informasi public, misalnya di sejumlah media-media massa cetak, elektronik, maupun media dunia maya (dumay).
“Kami
juga lakukan pemberian informasi di
rumah-rumah ibadah, gereja dan masjid, serta di tempat-tempat pertemuan masyarakat,”
tambah Suriani.
Meskipun
begitu, ternyata angka partisipasi masyarakat menjadi yang paling rendah. Hingga Suriani melihat ada
beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat ogah-ogahan ke Tempat Pemungutan Suara (TPS)
menyalurkan hak memilihnya. Menurut alumni Fakultas Sosial Politik (Sospol)
Universitas 45 ini adalah kurangnya dukungan sosialisasi dari pemerintah daerah
dan Partai Politik (Parpol). Apalagi persoalan memilih masih merupakan hak
warga Negara bukan kewajiban yang diharuskan.
“Kami
tidak menyalahkan siapa-siapa, namun kami melihat, pemerintah daerah dan
Parpol seharusnya mensosialisaikan
ajakan untuk memilih secara tegas kepada masyarakat. Karena itu akan semakin
mengoptimalkan kami sebagai penyelenggara Pilkada,” ujarnya.
Sedangkan
pada sisi lain menurut Suriani penerapan e-KTP
juga dalam pandangan masyarakat awam memang sedikit
ribet. Kemudian dalam fenomena
masyarakat Mamasa menurut Ketua KPU
Mamasa ini banyak yang bekerja di luar
Mamasa, tidak ada di tempat pada hari H pencoblosan.
Saat
dipertanyakan, apakah ini karena ketidakprofesionalan KPU Mamasa dalam
sosialisasi serta tidak optimalnya distribusi surat panggilan untuk datang ke
TPS, Suriani menangkis dengan katakan, pihaknya sudah sangat-sangat maksimal dalam hal ini.
“Memang
di Mamasa, pembelajaran politik dan demokrasi kita belum maksimal, pemilih
cerdas masih sangat kurang. Bayangkan saja, PNS banyak yang enggan untuk
salurkan hak memilihnya. Itu saya jumpai di sejumlah PNS di RSUD Kondo Sapata dan Lembaga Pemasyarakat
(LP) Mamasa. Andainya kami tidak tanggap, para PNS di sana tidak menyalurkan
haknya,” paparnya lagi.
Paling
menyedihkan dari pantauan komisioner
senior Mamasa ini adalah, ia mensinyalemen bahwa menurunnya angka partisipasi
masyarakat adalah imbas dari money politic. Mental masyarakat telah
direcoki, nanti akan datang ke TPS mencoblos kalau diberi uang. Tanpa uang mereka tidak memilih lagi.
LS
No comments:
Post a Comment
Komentar