Baca Juga
Tahapan pendaftaran calon kepala daerah 2020 di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat baru saja usai. Itu kemudian menorehkan tiga pasangan yang bakal berkontestasi di kabuaten penghasil sawit ini. Masing-masing adalah pasangan H. Yaumil Ambo Djiwa - DR. Hj. Herny Adj, H. Muhammas Saal - Musawir Azis Isham serta pasangan H. Abdullah Rasyid - Muh. Yusri M. Nur dari jalur independen.
Pada fase ini, ribuan jantung berdetak lebih kencang dari biasanya. Adrenalin berpacu berkejaran dengan gonjang - ganjing issue, rumor maupun info aktul baik yang berasal dari grassroot, Sosmed, tokoh masyarakat , maupun kalangan elit politik lokal. Semua itu akan menkerucut pda issu sentral , yakni pasangan mana yang paling berpeluang merebut tampuk pimpinan tertinggi didaerah ini.
Dus , sinyalemen soal “kesaktian” ketiga pasangan calon ini sebenarnya telah mengarah kepada hal spesifik dan tekhnis , misalnya tentang “kendaraan politik.” Kematangan tim pemenangan, kekuatan personal figur, maupun kemampuan financial (coast politic ) mereka.
Sebutlah, Pasangan H. Yaumil Ambo Djiwa - DR. Hj. Herny Agus Adj, diusung 10 partai dengan kekuatan kuota kursi parlemen jauh melampaui hingga 220% . Di atas kertas, sangat yakin akan menang mudah atas rivalnya. Betapa tidak , jika berdasarkan akumulasi suara anggota DPRD yang tergabung dalam koalisi mereka, maka diperoleh angka 52. 000 suara. Belum lagi, Yaumil sendiri merupakan salah satu tokoh utama daerah ini. Latar belakang sejarah terbentuknya daerah ini adalah salah satu “jualan politik” yang efektif. Sebab beliau adalah “penggagas” pemekaran. Bahwa pada saat menisbatkan diri untuk maju berkontestasi, ia berada pada posisi Wakil Ketua I DPRD pasangkayu.
Sementara itu, DR. H. Herny Agus ADj, adalah istri Bupati Pasangkayu yang dalam hal ini juga tak dapat diremehkan begitu saja. Terbukti pada Pileg 2019 lalu ia meraup suara lebih kurang 35. 000 di Pasangkayu. Ia juga mengomandoi TP-PKK , Majelis Ta’lim dan banyak lagi lainnya.
Sementara itu , pasangan lainnya disebut-sebut tak kalah “ngeri” kekuatannya adalah Drs. H. Muh. Sa’al - Musawir Azis Isham. Paket ini berlatar belakang tak main-main, H. M. Saal misalnya , selain menakhodai Hanura Pasangkayu dengan perolehan kursi terbanyak dan menduduki kursi Ketua DPRD, ia juga dalam posisi incumbent (wakil bupati, red ), bahkan saat ini merupakn tokoh sentral etnis Mandar di Kabupaten Pasangkayu. Sebagai catatan, Suku Mandar mendekati 35% dari keseluruhan jumlah penduduk Pasangkayu. Serta beberapa organisasi berskala lokal juga berada dalam komandonya.
Sementara itu, Musawir Azis Isham, calon wakil bupati dari pasangan bertagline ”SALAM” ini juga bukan tokoh sembarangan, sebab selain sebagai politisi papan atas, dirinya juga merupakan salah satu tokoh utama pemekaran kabupaten.
Bagaimana dengan Pasangan, IR. H. Abdullah Rasyid - Muh. Yusri M. Noer yang maju berkat dukungan rakyat melalui Jalur perseorangan? Jika menilik figurnya, Abdullah Rasyid adalah salah satu tokoh fenomenal yang tak boleh diremehkan, tengok saja hasil perhelatan Pilkada 2010 dan 2015 lalu, kemampuannya meraup suara fanatik sama sekali tak bergeser dari angka 32 - 34%, dan sepertinya potensi masa lalu tersebut terjaga, bahkan terbukti mampu mengantarnya melenggang berkontestasi kembali di Pilkada 2020 ini.
Lalu siapa Muh. Yusri M. Nur, calon wakilnya? Sebenarnya tokoh ini tak asing bagi khalayak, sebab pria kelahiran Desa Kire (Mateng) ini memiliki kematangan politik tak diragukan, terbukti, bahwa setelah sukses di KPU menghasilkan bupati pertama daerah ini, ia kemudian merambah karier politik pada Partai Demokrat dan sukses merebut 5 kursi. Profile Yusri sebagai tokoh panutan kalangan muda kian bersinar, sebab selain merupakan kader senior HMI ,ia juga merupakan perintis KNPI Pasangkayu. Bahkan setelah lengser dari Demokrat dan membesut Partai Perindo , ia sukses meraih 3 kursi DPRD pasangkayu,dan kali ini ia juga sukses duduk sebagai anggota DPRD Sulbar Periode ini.
Gambaran latar belakang, potensi politik serta situasi dan kondisi saat ini akibat pandemi Covid-19, menjadi sedikit absurd , sebab beberapa tahapan dan proses pelaksanaan Pilkada tak lagi diperbolehkan bersentuhan dengan massa. Sehingga pada akhirnya, kerja-kerja politik Kandidat maupun tim pemenanganlah yang akhirnya menentukan. Selain itu, issu-issu sentral masing-masing kubu akan memberi andil dalam perolehan suara pada 9 Desember 2020 mendatang. Merdekaaa.
(Adam Kawilarang)
No comments:
Post a Comment
Komentar