Cari di Blog Ini

Followers

Saturday, August 20, 2016

TABIR GELAP GEMBONG NARKOBA MULAI TERKUAK

Baca Juga



Penulis: Elsi Juniaty
Penulis: Elsi Juniaty
Indonesia telah berada dalam zona darurat narkoba. Begitu hebatnya sepak terjang para gembong narkoba di Indonesia sehingga bisnis barang haram ini masih bisa diakses oleh para pelaku kejahatan dari balik jeruji besi. Meski hukum di Indonesia dengan tegas mengeksekusi mati para terpidana narkoba, gembong narkoba seolah sulit untuk dihentikan.


Narkoba adalah zat berbahaya yang terus diminati banyak orang. Di Indonesia narkoba sudah menjadi gaya hidup dan gaya bisnis para jaringan pengedar narkoba. Narkoba jenis sabu dan sejenisnya adalah jenis barang haram yang menjadi lahan bisnis menggiurkan

Pengguna narkoba ini semakin beragam. Dari fakta yang terjadi dalam masyarakat kita menemukan bahwa narkoba telah menyasar semua kalangan. Narkoba meski harganya mahal namun bukan lagi hanya digunakan oleh para selebritis. Ada juga dari kalangan terdidik   seperti guru, dosen, aparat, mahasiswa, PNS, Anggota DPR,  dan pejabat pemerintah lainnya tak luput dari  orang – orang pengguna narkoba. Rakyat ekonomi lemah juga tak menjadi soal untuk dapat mengkonsumsi narkoba, karena strategi yang digunakan para pengedar narkoba yakni tidak akan keberatan untuk memberi secara gratis diawal dengan harapan penggunanya kelak akan mencari dan tentu membelinya.

Para gembong narkoba yang tertangkap aparat terus bertambah Penjara hingga eksekusi mati menjadi ganjaran para terpidana narkoba. Namun kita lihat hingga saat ini peredaran narkoba seolah tak pernah usai. Ironisnya para pebisnis narkoba kelas kakap masih dapat menjalankan bisnisnya dari dalam penjara. Apakah hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan atau ada indikasi lain?

Contoh gembong narkoba papan atas Freddy Budiman yang dieksekusi mati pada jumat dini hari, 30 Juli 2016 menjadi kisah yang tidak  hanya berakhir di liang lahat. Pebisnis narkoba yang meraup keuntungan hingga triliunan  rupiah ini mendapat  fasilitas mewah didalam penjara.

Orang sering mengatakan bahwa uang adalah raja yang dapat membeli segalanya dan dapat mengedalikan kekuasaan. Kemulusan bisnis  narkoba Freddy Budiman, melibatkan banyak pihak. Soal siapa oknumnya,  satu demi satu tabir gelap Freddy Budiman mulai terkuak.

Masyarakat Indonesia saat ini tengah terhenyak mengikuti kisah terkuaknya tabir gelap bandar narkoba yang terpidana mati Feddy Budiman. Media tempo.co Jakarta mewartakan bahwa Freddy Budiman menyetor 450 M ke BNN untuk memuluskan bisnis gelapnya. Hal itu diumbar oleh Hariz Ashar (Kordinator Orag Hilang Dan Korban kekerasan, Kontras) sehari sebelum Freddy dieksekusi mati. Menurutnya hal itu disampaikan Freddy Budiman saat Hariz Ashar mengunjungi Freddy Budiman di Lapas Nusa Kambangan 2014 silam

Merdeka.com, 30 Juli 2016 juga mengulas soal isu adanya pembagian keuntungan bisnis narkoba dari Freddy Budiman yang ditulis oleh Hariz Ashar yang menyatakan Freddy Budiman menyuap pejabat tinggi hingga Rp.450 Miliar dan Rp.90 Miliar untuk aparat kepolisian.demi untuk melancarkan bisnisnya mengimpor dan mengedarkan narkoba di Indonesia. Selain itu disebutkan pula bahwa Freddy pernah satu mobil dengan seorang Jenderal TNI bintang dua. Freddy menyetri mobil dan sang jenderal duduk disampingnya. Mobil itu berisi penuh dengan narkoba, sehingga Freddy merasa perjalanannya aman dari Medan menuju Jakarta.

Pergerakan bisnis narkoba Freddy Budiman memang luar biasa mulusnya. Mulai dari mengimpor narkoba asal cina hingga akhirnya tertangkap namun masih bisa memproduksi narkoba dari dalam penjara yang membuat dirinya masih meraup keuntungan milyaran rupiah , hal itu memang strategiyang tersusun sangat rapi dan sistematis. Dari dalam penjara Freddy tetap dapat mengendalikan jaringan bisnisnya di Indonesia hingga ujung hidupnya

Elit – elit pemerintah di Indonesia belum dapat meninggalkan budaya suap menyuap untuk melindungi suatu kejahatan. Meski pelaku korupsi tetap diberantas namun tetap saja peluang untuk menerima suap tak dapat dihentikan.  

Kicauan Hariz  Ashar seputar keterlibatan pihak yang telah disebutkan  tentunya membuat pihak BNN dan Polri kebakaran jenggot. Jika isu tersebut benar terjadi maka rakyat akan bertanya hukum apakah yang berlaku di Indonesia untuk mengganjar para petinggi di negeri ini yang menelan suap dari bisnis gelap barang haram?. Adakah  hukum bagi mereka lebih ringan daripada yang ditimpakan bagi para terpidana mati? Persoalan ini ibarat  bom waktu, yang  tetap menghasilkan  dua kemungkinan. Apakah bom waktu ini akan meledak ataukah tidak meledak karena dijinakkan.

Tak banyak yang dapat dilakukan rakyat selain menanti tindakan hukum yang berlaku untuk memastikan arah langkah hukum yang berlaku di Indonesia. Disisi lain nasib rakyat jelata sering menjadi korban ketegasan hukum karena tak adanya sejumlah uang untuk membela perkaranya meski itu hanya sebuah kasus kecil saja.

Seiring dengan bergulirnya waktu, kisah bisnis gelap Freddy Budiman akan menjadi sebuah sejarah hitam di negeri ini yang akan menjadi pelajaran berharga dari generasi ke generasi bagaimana menempatkan diri sebagai pemegang tonggak kepemimpinan dimasa depan. Ketidak adilan, suap, korupsi adalah warisan buruk yang tak boleh diteladani apalagi diikuti.   Jika kita ingin melihat negeri tercinta Indonesia yang kaya dengan hasil buminya, didiami oleh rakyat yang cerdas, sejahtera, adil dan makmur, maka saatnya generasi masa kini harus membangun jiwa patriotisme, kemandirian, jujur menjalankan usaha dan bisnis yang halal, agar manfaatnya lebih nikmat bagi kehidupan.
 *******

No comments:

Post a Comment

Komentar

Hak Cipta: @lenterasulawesi . Powered by Blogger.