Baca Juga
Petani sayuran di Dusun Rantelemo |
Hasil bincang-bincang dengan sejumlah ibu-ibu di lokasi sentra sayur tersebut menyebutkan bahwa KT-nya sudah terbentuk 10 tahun yang lalu. Produksi dan pemasaran mereka mengalami stagnasi karena kendala pupuk, obat-obatan serta akses jalan menuju lokasi belum terjangkau kendaraan, mereka hanya berjalan.
Hanya karena keuletan petani-petani sayur di Rantelemo tersebut sehingga mereka tetap mempertahankan berkebun di lereng-lereng dengan sistem teras-teras. Sebab itu adalah salah satu potensi yang mereka kembangkan mengingat kondisi morfologi Dusun Rantelemo yang tidak rata.
Tabita (37), salah seorang petani sayur yang di temui di kebunnya yang terjal, Selasa (28/02/2017) katakana harapannya kepada pemerintah, agar diberi bantuan pupuk yang cukup. Itu untuk menstimulasi mereka dalam menghasilkan produk yang lebih baik, demi mencapai harga yang lebih optimal.
“Harga sawi hanya Rp. 2000 per-ikat. Karena kecil-kecil. Sebab kami kesulitan pupuk kandang yang biasa kami datangkan dari Pinrang,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Desa (Kades) Bumbungbatu, Pua Labbi yang ditemui pada hari yang sama di kediamannya katakan, petani sayur di Dusun sudah lama. Bahkan sudah membentuk kelompok dan telah mendapat perhatian dari pemerintah kabupaten untuk pengembangannya.
“Kami liat potensi perkebunan sayur di Dusun Rantelemo, cukup menjanjikan. Apalagi masyarakat di sana sudah mengupayakannya sudah cukup lama. Mereka cukup ulet dan trampil mengolah tanah-tanah mereka. Tinggal bagaimana terus dikembangkan sehingga menjadi sentra sayur-sayuran dengan produksi yang baik serta berkualitas,” tambah Kades Bumbungbatu.
Selain butuh pupuk, obat-obatan dan akses jalan, petani-petani sayur di Dusun Rantelemo masih menggunakan alat-alat yang sangat sederhana untuk menggarap tanah. Ini tentunya perlu menjadi catatan dalam upaya memajukan pesayur-pesayur di dusun paling ujung Desa Bumbungbatu.
LS
No comments:
Post a Comment
Komentar